Kamis, Maret 05, 2009

Musdah Mulia dan Nikah Beda Agama

Akhir-akhir ini sangat banyak masalah yang dihadapi Ummat Islam Indonesia. Selesai satu persoalan, segera muncul persoalan-persoalan lain. Sementara respon kita atas masalah-masalah itu rata-rata lambat, lemah, dan sporadis. Saat suara kalangan Islam phobia bisa berpengaruh kuat mengarahkan kebijakan publik, maka suara dakwah Islam terdengar sangat lemah. Hal semacam ini terjadi berulang kali menyebabkan kekalahan-kekalahan di berbagai medan pertarungan pemikiran melawan ideologi-ideologi sekuler.

Pada gilirannya nanti, kekalahan itu semakin terakumulasi, meresap dalam, mengkristal, dan akhirnya terstrukturisasi dalam bentuk kekalahan peradaban. Di titik itu, seruan-seruan para dai seperti �angin yang membentur karang�, tidak didengar, tidak dihargai, hanya diacuhkan saja.

Saat kita merasa sepele atas serangan-serangan yang terus dilancarkan kalangan Islam phobia (apapun ideologi mereka); atau kita terlalu paranoid sehingga tidak berani berbuat apapun, meskipun sekedar bersuara; atau kita selalu berlindung di balik alasan �sekarang belum waktunya�; sebenarnya saat itu kita sedang bersungguh-sungguh menggali kekalahan Islam, sedalam-dalamnya. Na�udzubillah wa na�udzubillah min dzalik. Lihatlah, betapa kreatifnya para pemuda Islam saat mencari alasan, hujjah, atau dalil untuk menghindari resiko perjuangan. Mereka terus mencari-cari udzur (alasan pembenar), bahkan udzur yang sangat mustahil sekalipun; pada saat yang sama mereka mencela para munafikin Madinah yang selalu meminta udzur kepada Nabi shallallah �alaihi wa sallam. Saat ini, kegemilangan Islam hanya tinggal retorika saja, tanpa wujud dan eksistensi. Memalukan memang; tetapi apalah artinya rasa malu ketika kita telah terbiasa menikmati hidup tanpa perasaan itu, dimanapun dan kapanpun. Allahu Akbar, walillahil hamdu.

Ya Allah, kuatkanlah diri kami, luaskanlah rahmat-Mu, lindungi kami dari kezhaliman musuh-Mu. Semata kepada-Mu kami menghiba dan mengadukan kemalangan diri. Ya Allah, tidak ada yang sia-sia dalam kesungguhan, kepedulian, dan pengorbanan, sebab Engkau tidak menyalahi janji. Rahmati kami ya Rahmaan ya Rahiim. Allahumma amin.


Propaganda �Nikah Beda Agama�

Tanggal 29 September 2009, pukul 19.30, TVOne menayangkan sebuah acara menarik, Islam Agama-ku. Acara ini semacam diskusi kritis menghadirkan dua narasumber yang berbeda pandangan, lalu diselingi lagu-lagu pop Muslim. Tema yang diangkat, Pernikahan Beda Agama dalam Hukum Islam. Narasumber utama, Prof. Dr. Musdah Mulia, guru besar UIN Jakarta, dan sebagai pembanding ialah Ustadz Surahman dari PKS.

Siapapun yang sering mengikuti berita-berita seputar tingkah-polah Musdah Mulia, pasti tidak merasa aneh jika dia berbicara dalam diskusi di atas. Musdah adalah salah satu �penyejuk mata� kaum Liberaliyun di Indonesia. Dia ketua tim perumus Counter Draft Kompilasi Hukum Islam (CDKHI) yang hendak mengeliminasi peranan Hukum Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dia pernah menerima penghargaan dari Menlu Amerika, Condoleeza Rice atas jasa-jasanya dalam menyerang Syariat Islam. Belum lama lalu dia melontarkan fatwa menghebohkan, katanya Islam memrbolehkan homoseksual. Tentu saja, Musdah bersama penganut agama Liberal lain, berbaris rapi �kal bunyanun marsus� menolak UU Pornografi. Perlu juga dicatat, Musdah Mulia ini mantan tokoh Fatayat NU, asal Makassar.

Teringat saran seorang ustadz di Bandung. Kalau ada orang yang sangat bandel dalam membela kesesatan, mula-mula dia harus dinasehati. Kalau tidak mempan, lakukan adu hujjah untuk menjelaskan kesesatannya. Kalau itu pun tidak mempan, ya sudah, dipegang saja kepalanya, lalu dibacakan Ayat Kursi. Bisa jadi, dia memang �kemasukan jin�, jadi harus di-ruqyah. Tapi ini hanya intermezzo, lho.

Seperti biasa, Musdah Mulia mendukung pernikahan antar agama dengan sekian banyak alasan. Bukan hanya mendukung, dia sangat bersemangat mengkritisi pandangan jumhur kaum Muslimin selama ini yang melarang nikah beda agama. Dalam diskusi itu Musdah memakai berbagai jurus argumentasi, sehingga terlihat seolah pandangannya benar. Bagi orang awam, alasan-alasan Musdah bisa menipu, sehingga mereka mendukung pernikahan beda agama.

Di antara alasan yang dipakai Musdah Mulia untuk mendukung pendapatnya, kurang lebih sebagai berikut:
(1) Selama ini tidak nash yang qath�i (tegas) dalam Al Qur�an atau As Sunnah yang melarang pernikahan beda agama. Kalaupun ada larangan, hal itu hanyalah intepretasi (penafsiran) para ulama. Tau hasil ijtihad ulama.

(2) Tidak ada ayat yang melarang Muslim menikah dengan non Muslim. Kalaupun ada adalah larangan menikah dengan orang musyrik dan kafir. Sementara definisi musyrik, kafir, dan ahlul kitab itu beragam menurut para ulama. Muhammad Abduh menganggap siapapun yang memiliki kitab suci, seperti Hindu, Budha, mereka juga ahlul kitab.

(3) Pandangan para ulama dalam masalah nikah beda agama, tidak bersifat tunggal, melainkan beragam. Jadi, pandangan mereka relatif, tidak bersifat mutlak.

(4) MUI Jakarta tahun 1996 pernah memperbolehkan pernikahan beda agama, karena waktu itu banyak kasus pernikahan beda agama (alasan Sosiologis). Tetapi tahun 1997, fatwa MUI Jakarta itu dicabut lagi. Artinya, MUI pun pernah membolehkan nikah beda agama.

(5) Menurut Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor Al Azhar Mesir, larangan Muslimah menikah dengan non Muslim, karena khawatir mereka nanti akan terpengaruh oleh agama suaminya. Sementara menurut Musdah, dari hasil penelitian dosen UIN Jakarta (kolega Musdah), 80 % anak-anak yang ibunya menikah dengan non Muslim, ikut agama ibunya (Islam).

Selain pandangan di atas, Musdah juga mengatakan beberapa pandangan tambahan di bawah ini, yaitu:

(a) Kalau niatnya berdakwah, seharusnya kita mendorong agar para Muslimah banyak menikah dengan non Muslim, sebab hal itu nanti bisa menarik non Muslim serta anak-anaknya menjadi Islam juga.

(b) Musdah mempertanyakan, �Kata siapa masalah nikah beda agama sudah selesai?� Kesimpulan seperti itu kata dia justru menutup lahirnya ijtihad yang cemerlang. Dan kenyataan seperti inilah yang membuat Islam �masih kata Musdah- mengalami kemunduran peradaban sejak abad 12 Masehi.

(c) Hukum halal-haram yang ada selama ini hanyalah produk intepretasi manusia (ulama)? Bukan wahyu dari Allah. Jika memang intepretasi ulama itu berharga, mengapa ulama-ulama kontemporer yang berpemikiran progressif tidak dihargai, padahal mereka juga berdasarkan Al Qur�an dan As Sunnah?

Demikian kurang lebih pokok-pokok pemikiran �pahlawan� penghujat Syariat Islam ini. Kalau mau jujur, pemikiran dia hanya mengulang-ulang lagu lawas kaum pemeluk agama Liberaliyyah. Semoga Allah Al Hadi membimbing mereka kembali ke jalan Islam. Allahumma amin.


Ummat Islam Perlu Hati-hati

Ummat Islam harus berhati-hati saat menghadapi berbagai propaganda pemikiran non Islam, Liberalisme. Anda sekalian harus berhati-hati saat berhadapan dengan tokoh-tokoh pemikir seperti Musdah Mulia itu. Kalau ilmu kita memang tidak cukup, hati kita masih ragu-ragu, sebaiknya jangan mendengar atau membaca tulisan orang-orang keblinger itu. Khawatir nanti Anda akan terseret dalam arus keraguan yang tidak menentu. Jika akhirnya Anda berhadapan dengan isu-isu meragukan yang menyusahkan hati, silakan menulis e-mail ke alamat ini: langitbiru1000@gmail.com Meskipun disini tidak menjanjikan solusi tuntas, setidaknya mari kita berdiskusi untuk menguraikan masalah keraguan, sehingga Allah Ta�ala memberikan jalan keluar. Allahumma amin).


Di mata orang awam, generasi muda yang masih baru belajar agama, atau dai-dai �populis�, apa yang dikemukakan Musdah Mulia dkk. bukanlah masalah ringan. Ia bisa mengguncang keimanan. Na�udzubillah min dzalik. Maka janganlah segan-segan bertanya kepada ulama-ulama yang terkenal lurus dan istiqamah, saat berhadapan dengan pemikiran-pemikiran tercela itu.


Dari hasil pengamatan saya selama ini, para �jurkam� kesesatan itu rata-rata orang berintelijensi tinggi. Contoh, Si Mbah Dur. Dia bukan orang biasa, bukan orang bodoh, tetapi intelijensinya tinggi. Termasuk kemampuan retorika, analisis, dan humornya diakui banyak kalangan. Tetapi, dia juga manusia �gedhe ambek�, gampang marah-marah, terutama setelah manuver-manuver politiknya gagal melulu. Berkali-kali dia tebar ancaman ini itu, tetapi ternyata gak ngaruh. Dulu, dia pernah mengancam akan kirim sekian ribu jin untuk mengamankan kursi kekuasaannya, tetapi hasilnya nihil. Meskipun begitu, dia selalu dipuja-puji oleh media-media massa sekuler di Indonesia. Seandainya Mbah Dur melakukan poligami, saya yakin dia tetap akan dibela oleh media-media massa sekuler. Mbah Dur berbeda dengan Aa Gym. Tokoh itu sudah dianggap sebagai �pawang sekularisme� di Indonesia.

Dalam acara berjudul aneh, Islam Agama-ku di atas, Musdah Mulia mengerahkan sekian banyak jurus-jurus debatnya. Bagi orang yang tidak teliti, besar kemungkinan akan terbawa alur argumentasi dia. Inilah makanya kita perlu hati-hati, jangan asal menelan pendapat-pendapat kaum the stranger semacam itu.


Larangan Menikah Beda Agama

Sungguh terlalu kalau Musdah Mulia mengatakan bahwa tidak ada ayat-ayat yang secara tegas melarang pernikahan beda agama. Dia menuduh, pemikiran-pemikiran dalam hal ini umumnya hanyalah intepretasi ulama. Padahal dalam Al Qur�an bukan hanya di satu tempat disebutkan larangan pernikahan beda agama.

Dalam Surat An Nuur disebutkan pedoman yang bersifat umum: �Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik.� (An Nuur: 24).

Tentu saja, kekejian kekafiran dan kemusyrikan lebih berat daripada kekejian maksiyat, seperti mencuri, berjudi, zina, minum khamr, bahkan membunuh. Dalam Al Qur�an disebutkan kalimat terkenal, �Wal fitnatu asyaddu minal qatli� (dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan). Yang dimaksud fitnah disini adalah syirik, kekafiran, dan kekacauan yang meluas. Dosa maksiyat sangat mungkin diampuni, tetapi tidak bagi dosa syirik �Sesungguhnya Allah tidak mengampuni siapa yang mensyirikkan-Nya, dan Dia mengampuni yang selain itu, bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang mensyirikkan Allah, sesungguhnya dia telah berbuat dosa yang sangat besar.� (An Nisaa�: 48).

Kemudian dalam Surat Al Baqarah disebutkan larangan bagi Ummat Islam menikahi kaum musyrikin. �Janganlah kalian menikah wanita-wanita musyrik, sampai mereka beriman. Seorang budak wanita Mukminah, dia lebih baik daripada wanita musyrik, meskipun dirinya (wanita musyrik itu) menakjubkan kalian. Dan janganlah menikahkan laki-laki musyrik (dengan wanita Muslimah) sampai mereka beriman. Seorang budak laki-laki Mukmin lebih baik daripada seorang laki-laki musyrik, meskipun dia (laki-laki musyrik itu) menakjubkan kalian. Mereka itu (orang-orang musyrik) mengajak (kalian) ke neraka, sedangkan Allah mengajak (kalian) ke syurga dan ampunan, dengan ijin-Nya. Dan Dia menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka mengambil pelajaran.� (Al Baqarah: 221).

Dalam ayat di atas jelas-jelas disebutkan, bahwa Ummat Islam secara mutlak tidak boleh menikahi wanita musyrik dan tidak boleh menikahkan wanita Muslimah dengan laki-laki musyrik. Alasannya jelas, orang-orang musyrik itu hanya akan mengajak kita terjerumus ke neraka. Na�udzubillah min dzalik.

Dalam ayat lain, orang-orang beriman dilarang menikah dengan pezina dan orang musyrik. �Seorang laki-laki pezina, dia tidak menikahi melainkan wanita pezina atau wanita musyrik. Dan wanita pezina, tidak menikahinya, melainkan laki-laki pezina atau laki-laki musyrik. Dan diharamkan hal itu (menikahi pezina dan musyrik) bagi orang-orang Mukmin.� (An Nuur: 3).

Jelas sekali bunyi ayatnya, �Wa hur-rima dza-lika �alal mu�minin� (dan diharamkan hal itu atas orang-orang Mukmin). Nah, ayat yang seperti ini, menurut Musdah Mulia, �Itu hanya penafsiran para ulama.� Wih, luar biasa kesimpulan orang ini. Dia tidak mengerti ilmu Islam, sampai hal- hal paling dasar sekali pun. Ayat itu sangat jelas artinya, tapi masih di-ulet-ulet sesuka hati. Seorang guru besar ilmu agama, tetapi kualitas seperti manusia tidak berakal.

Dalam ayat lain disebutkan larangan tegas. �Maka jika kalian mengetahui bahwa mereka itu wanita-wanita Mukminat, maka janganlah kalian kembalikan mereka kepada para kuffar (suami-suami kafir mereka di Makkah). Tidaklah mereka (wanita-wanita Mukminah itu) halal bagi mereka (kuffar), dan tidak pula mereka (kuffar) itu halal bagi mereka (wanita Mukminah). Dan bayarkanlah kepada mereka (suami-suami kuffar itu) apa yang telah mereka infakkan (berupa mahar perkawinan terhadap wanita-wanita Mukminah itu). Dan tidak berdosa bagi kalian menikahi wanita-wanita Mukminah itu, jika telah kalian tunaikan mahar kepada mereka.� (Al Mumtahanah: 10).

Jelas tampak disana, �Laa hunna hillu lahum, wa laa hum yahilluna la hunna� (tidaklah wanita-wanita itu halal bagi mereka [laki-laki kuffar], dan tidak pula mereka [laki-laki kuffar itu] halal bagi mereka [wanita-wanita Mukminah]). Kata �laa hillu� atau �laa yahilluna� itu artinya: Tidak halal. Tidak halal itu artinya haram; haram itu artinya berdosa; berdosa itu artinya mendapat ancaman siksa Allah. Apakah untuk hal-hal seperti ini Musdah masih akan berkata, �Itu hanya intepretasi para ulama.� Ya Allah ya Karim, kalau seperti itu komentarnya, sebaiknya gelar guru besar Musdah Mulia segera dicopot. Dia tidak pantas disebut ahli Islam. Dia harus belajar bahasa Arab lagi di tingkat Ibtida�iyyah. Sangat mengerikan!

Ayat Al Mumtahanah ini luar biasa. Secara prinsip sudah diutarakan dulu sikap tegas Islam dalam soal pernikahan dengan kuffar. Kemudian hal itu ditambah dengan solusi ekonomis, yaitu Ummat Islam disuruh membayar mahar yang telah diberikan oleh laki-laki kuffar itu sebelumnya. Artinya, pernikahan mereka dibatalkan, dan mahar dikembalikan secara ksatria. Perlu juga dicatat, kata-kata yang digunakan dalam ayat ini �kuffar� bukan �musyrik�. Itu harus dicatat dengan jelas! Dapat disimpulkan, wanita Muslimah itu haram dinikahi laki-laki kuffar, siapapun dirinya.

Kalaupun ada toleransi, ialah pernikahan antara laki-laki Muslim dengan wanita ahlul kitab. Dasarnya sebagai berikut: �(Dan dihalalkan bagi kalian menikahi) wanita-wanita mulia dari kalangan wanita Mukminat dan wanita mulia dari kalangan orang-orang yang telah diberi Al Kitab sebelum kalian, jika kalian telah memberikan mahar kepada mereka, dengan maksud menjaga kehormatan, bukan berzina atau mengambil mereka sebagai wanita simpanan (gundik). Maka siapa yang kafir terhadap al iman (hukum-hukum Allah), sungguh telah batal amalnya dan di Akhirat dia termasuk orang yang merugi.� (Al Maa�idah: 5).

Ayat ini memperbolehkan menikahi wanita-wanita ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani), sebagaimana kita boleh memakan makanan (sembelihan) mereka. Tetapi hal itu hanya berlaku bagi laki-laki Muslim untuk menikahi wanita ahlul kitab, bukan sebaliknya. Musdah Mulia mengkritisi, �Dalam ayat ini tidak ada larangan wanita Muslimah menikah dengan laki-laki non Muslim. Disana hanya disebutkan, laki-laki Muslim boleh menikahi ahli kitab.�

Disini kita menangkap betapa kacau cara berpikir Musdah Mulia. Kacau sekali, hingga anak kecil pun tidak akan terjerumus kedegilan seperti itu. Hanya karena dalam ayat di atas disebutkan, �Laki-laki Muslim boleh menikahi wanita ahli kitab,� dia ngeyel menyimpulkan, �Lihatlah, tidak ada larangan bagi Muslimah menikah dengan non Muslim?� Ya Allah ya Karim, kita seperti menghadapi anak kecil yang bandelnya tidak sembuh-sembuh.

Kalau dari ayat di atas kita menyimpulkan, �Laki-laki Muslim boleh menikahi wanita ahli kitab,� jelas ayat itu sendiri sebagai dalilnya. Tetapi jika hal itu hendak diteruskan dengan menyimpulkan, �Kalau begitu wanita Muslimah boleh menikah dengan laki-laki non Muslim,� atas dasar apa kita menetapkannya? Apakah dalam ayat tersebut ada dalil yang membolehkan hal itu? Bagian mana dalilnya? Tidak ada sama sekali! Lalu untuk apa menetapkan hukum yang tidak ada dalilnya? Justru disini sangat tampak, bahwa saat Musdah menghalalkan nikah beda agama, hal itu muncul dari intepretasi pikiran dia sendiri, bukan berdasarkan dalil Syariat. Siapa yang menuduh, siapa yang pecundang?

Untuk menetapkan hukum halal-haram, harus jelas dalilnya, tidak boleh berdasarkan intepretasi pribadi. Kita ini hanya melayani Wahyu Allah, bukan melayani hawa nafsu dan jahiliyyah. Seandainya, dalam ayat Al Maa�idah ayat 5 itu tidak ada dalil pengharaman bagi wanita Muslimah menikah dengan non Muslim, pengharaman itu sudah dibahas di ayat-ayat lain. Lihat kembali An Nuur 24, Al Baqarah 221, An Nuur 3, dan Al Mumtahanah 10. Kalau Musdah menolak keberadaan ayat-ayat lain, dengan hanya berpatokan kepada Al Maa�idah ayat 5, berarti dia sudah sampai di titik nazhir kehancuran akal paling mengenaskan. Wis, tidak ada gunanya ngomong sama wong bodo ini! Lebih baik kita bikin teh hangat dan ngobrol sama teman.


Menikahi Wanita Ahli kitab

Secara umum, menikahi wanita ahli kitab itu boleh. Dalilnya adalah Surat Al Maa�idah ayat 5 di atas. Makanan Ahli kitab halal, begitu pula menikahi wanita mereka, juga halal. Disini perlu dilihat lebih dalam, biar tidak salah arah.

Siapakah ahli kitab? Apakah ahli kitab masih ada sampai saat ini? Apakah setiap agama yang punya kitab suci bisa disebut ahli kitab?

Sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, ahli kitab itu adalah Yahudi dan Nashrani. Yahudi mengikuti Taurat (=Perjanjian Lama atau Old Testament), Nashrani mengikuti Injil (=Perjanjian Baru atau New Testament). Hukum-hukum Syariat bagi ahli kitab masih berlaku atas mereka. Banyak orang berpandangan bahwa ahli kitab sudah tidak ada lagi. Ia hanya ada di jaman Rasulullah shallallah �alaihi wa sallam, ketika mereka masih memegang Taurat atau Injil yang masih asli. Kalau sekarang, isi Taurat dan Injil sudah banyak dipalsukan.


Tetapi kesimpulan seperti itu perlu dikritisi:
(1) Pemalsuan Taurat dan Injil sudah terjadi sejak sebelum jaman Rasulullah. Bukan hanya terjadi saat ini. Hal itu banyak disebutkan dalam Al Qur�an. Kalau kitab mereka tidak diselewengkan sejak awal, lalu apa gunanya Al Qur�an diturunkan? Bukankah salah satu misi diturunkannya Al Qur�an ialah meluruskan penyimpangan dalam kitab-kitab itu?

(2) Jika ahli kitab di masa lalu berpegang kepada kitab-kitab yang masih asli, belum dipalsukan, berarti mereka adalah Muslim, sama seperti kita, hanya berbeda Nabinya. Orang-orang seperti itu, ketika mereka mengetahui kebenaran Rasulullah shallallah �alaihi wa sallam biasanya akan masuk Islam. Artinya, mereka itu sama-sama beriman, jadi mereka serupa dengan kita, hanya Syariat-nya yang berbeda. Otomatis dalam perkara muamalah tidak ada keraguan berinteraksi dengan mereka.

(3) Jika Yahudi dan Nashrani tidak diakui sebagai ahli kitab, lalu siapa yang disebut ahli kitab dalam Al Qur�an? Apakah kaum itu sudah lenyap ditelan bumi? Lalu bagaimana dengan ayat-ayat Al Qur�an yang sangat banyak berbicara tentang ahli kitab? Akan dikemanakan ayat-ayat yang banyak itu?

(4) Di bawah sebuah negara Islam, orang musyrik dilarang tinggal di dalamnya, sedangkan ahli kitab diperbolehkan, asal mereka tunduk kepada Syariat Islam. Mereka kemudian disebut ahludz dzimmi. Jika Yahudi dan Nashrani dianggap sebagai musyrik (bukan ahli kitab), apakah mereka tidak boleh tinggal di negeri Islam? Padahal sejak jaman Nabi shallallah �alaihi wa sallam di Madinah sampai jaman Turki Utsmani, Yahudi atau Nashrani boleh tinggal di negeri Islam, selama membayar jizyah.

(5) Anda harus mengetahui, bahwa pemeluk agama Yahudi berbeda dengan Nashrani. Mereka itu mengakui Keesaan Allah, bukan penganut Trinitas dan semacamnya. Meskipun tentu dengan segala kesesatan teologis yang ada dalam agama mereka. Dari sisi Tauhid, Yahudi lebih dekat dengan kita, meskipun agama mereka tetap sesat dan rusak. Bahkan Yahudi juga mengharamkan babi, berbeda dengan Nashrani. Tidak bisa kita mengatakan mereka sebagai musyrik, menyamakan dengan Hindu, Budha, Sinto, dsb.

Salah satu cara untuk mengetes keberadaan Ahli kitab. Misalnya, suatu saat Anda diundang untuk menghadiri ceramah seorang pendeta Hindu, dengan tema kehebatan dewa-dewa Hindu. Anda dipersilakan datang ke ceramah itu dengan memilih satu dari dua teman: Seorang Kristen atau Budha. Kira-kira menurut Anda lebih baik memilih orang Kristen atau Budha? Saya yakin, Anda akan memilih seseorang yang lebih dekat kemiripannya dengan agama Anda (yaitu Kristen).

Jadi singkat kata, ahli kitab itu masih ada sampai saat ini. Mereka adalah Yahudi dan Nashrani, meskipun nama dan sektenya bermacam-macam. Siapapun yang beriman kepada Taurat dan Injil, mereka Ahli kitab. Adapun orang-orang beragama Hindu, Budha, dll. yang konon juga memiliki kitab suci, mereka tidak disebut ahli kitab, tetapi disebut musyrikun. Pengertian �al kitab� dalam Al Qur�an dan As Sunnah adalah kitab Taurat dan Injil yang diturunkan kepada Musa dan Isa �alaihimassalam. Jangankan penganut Hindu, Budha, Konghuchu, dll. para pengikut Nabi-nabi di masa lalu saja, di era sebelum Musa �alaihissalam, mereka tidak disebut ahli kitab. Jadi tidak alasan menerima orang-orang musyrik sebagai ahli kitab.

Seandainya laki-laki Muslim diperbolehkan menikahi wanita-wanita ahli kitab, tidak berarti Islam membuka kran kebebasan seluas-luasnya. Dalam ayat di atas tergambar dengan baik syarat-syarat yang diinginkan oleh Islam.

�(Dan dihalalkan bagi kalian menikahi) wanita-wanita mulia dari kalangan wanita Mukminat dan wanita mulia dari kalangan orang-orang yang telah diberi Al Kitab sebelum kalian, jika kalian telah memberikan mahar kepada mereka, dengan maksud menjaga kehormatan, bukan berzina atau mengambil mereka sebagai gundik-gundik (wanita simpanan). Maka siapa yang kafir terhadap al iman (hukum-hukum Allah), sungguh telah batal amalnya dan di Akhirat dia termasuk orang yang merugi.� (Al Maa�idah: 5).

Karakter wanita ahli kitab yang boleh dinikahi adah muh-shanat, wanita yang menjaga kehormatan. Bukan wanita sembarangan, apalagi tukang zina. Na�udzubillah min dzalik. Lagi pula mereka disebut setelah �wanita mulia dari kalangan Mukminat�. Wanita ahli kitab itu menempati prioritas setelah wanita-wanita Mukminat. Artinya, jika masih banyak wanita-wanita Muslimah yang belum menikah, mengapa kita harus menengok wanita-wanita ahli kitab itu? Cobalah lihat, meskipun menikahi wanita-wanita ahli kitab diperbolehkan, upaya menjaga keimanan laki-laki Muslim tetap dilakukan, dengan cara tidak menikahi wanita ahli kitab sembarangan.

Dalam konteks jaman sekarang, tidak mengapa menikah dengan wanita-wanita yang berakhlak mulia dari kalangan Yahudi atau Nashrani. Tetapi dengan syarat: Satu, laki-laki Muslim yang menikahi wanita itu, hendaklah orang-orang yang kuat ilmunya dan kokoh hatinya (saat menghadapi keluarga sang wanita); Dua, niatan laki-laki itu menikahi wanita tersebut, adalah untuk mengislamkannya. Alhamdulillah, jika bisa sekalian mengislamkan keluarganya; Tiga, jika dalam pernikahan, wanita itu ternyata tidak mau masuk Islam, malah ingin menyeret suami dan anak-anaknya ke dalam kekafiran, maka dia harus diceraikan. Jika sudah diceraikan, sebaiknya tidak perlu ada rujuk, kecuali kalau dia mau masuk Islam. Pernikahan dengan wanita ahli kitab tanpa visi seperti ini hanyalah buang-buang energi dan hanya memerosokkan diri dalam kesulitan materi dan kepayahan batin. Na�udzubillah min dzalik.


Kritik Lain untuk Musdah

Musdah mengatakan, bahwa pendapat para ulama beragam dalam soal nikah beda agama. Saya katakan, �Sebenarnya tidak beragam, sebab ayat-ayat yang berbicara larangan menikah beda agama itu sangat tegas. Tidak membutuhkan tafsir lagi. Sudah terlalu jelas untuk ditafsirkan. Bahkan tanpa pendapat ulama sekali pun, kita telah mendapati hukum yang jelas disini.�

Dari ayat-ayat itu dapat disimpulkan, sebagai berikut: ((o)) Menikah dengan orang musyrik (baik laki-laki maupun perempuan) adalah haram; ((oo)) Wanita-wanita Muslimah haram menikah dengan laki-laki kuffar [baik musyrik maupun ahli kitab]; ((ooo)) Laki-laki Muslim boleh menikahi wanita ahli kitab yang berakhlak mulia. Kesimpulan seperti ini tidak membutuhkan tafsiran yang njelimet. Sudah jelas, tegas, lugas, dan tuntas! (tidak perlu tambahan �panas� dan �ganas�).

Mungkin, yang dimaksud keragaman pendapat ulama oleh Musdah adalah termasuk pandangan tokoh-tokoh rasionalis atau pemikir Liberal masa kini. Ya, kalau dikaitkan dengan mereka jelas beragam, bahkan mungkin kontradiksi. ulama. Mereka tidak sebanding dengan ulama-ulama kaum Muslimin yang telah diakui pandangan-pandangannya. Kalau para ulama Ahlus Sunnah beragam pendapatnya, Musdah harus menunjukkan bukti-buktinya. Jangan hanya berkilah, �Menurut para ulama,� sementara dia masukkan orang-orang Liberal di dalamnya.

Rasulullah shallallah �alaihi wa sallam memberikan contoh yang sangat baik. Dari sekitar 12 isteri beliau, tidak ada satu pun yang kafir, tidak ada satu pun wanita musyrik. Beliau menikahi seorang wanita dari kalangan Kristen Koptik, yaitu Maria Qibthiyyah radhiyallahu �anha. Semula beliau Nashrani, lalu masuk Islam. Rasulullah juga menikahi Juwairiyyah radhiyallahu �anha, mantan isteri seorang tokoh Yahudi Madinah. Setelah dinikahi, beliau masuk Islam. Selebihnya yang beliau nikahi adalah wanita-wanita Mukminah.

Musdah mengatakan, bahwa rata-rata alasan pelarangan menikah beda agama adalah agar tidak terjadi reduksi keimanan; seorang suami terpengaruh isterinya yang non Muslim, atau seorang isteri terpengaruh suaminya yang non Muslim. Pendapat ini tidak benar! Alasan larangan menikah beda agama adalah karena adanya dalil-dalil dalam Al Qur�an dan Sunnah tentang pernikahan seperti itu. Soal akibat akan menimbulkan reduksi keimanan, disharmoni keluarga, perceraian, dll., itu masalah lain. Patokan utamanya adalah dalil Syar�i, bukan karena alasan dampak buruk pernikahan beda agama itu sendiri.

Masalah �nikah beda agama� adalah persoalan yang sudah selesai. Tetapi Musdah menolak kesimpulan itu, dan beranggapan bahwa disini masih diperbolehkan ijtihad. Saya balik bertanya, bagaimana kita akan berijtihad menghadapi ayat-ayat seperti ini: �Laa tankihuu al musyrikat� (janganlah kalian menikahi wanita musyrik); �Wa laa tunkihuu al musyrikin� (janganlah menikahkan laki-laki musyrik); �Ula�ika yad�una ilan naari wallahu yad�u ilal jannah (mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke syurga); �Wa hur-rima dza-lika �alal mu�minin� (dan diharamkan hal itu atas orang-orang Mukmin); �Laa hunna hillu lahum, wa laa hum yahilluna la hunna� (tidaklah wanita-wanita Mukminah itu halal bagi mereka [laki-laki kuffar], dan tidak pula mereka halal bagi wanita-wanita itu)? Jika terhadap dalil-dalil seperti ini masih juga dibutuhkan ijtihad, berarti yang bersangkutan tidak mengerti persoalan ijtihad itu sendiri. Yo wis, kalau begitu tidak perlu bicara soal pemikiran Islam lagi. Wong yang bersangkutan tidak mengerti apa-apa tentang Islam. Mereka cuma gedhe gelarnya, tapi cethek ilmunya. (Akan lebih �kuwik� kalau disini dibutuhken peranan daripada ahli ruqyah untuk mengusir daripada �energi negatif� yang menyebabken akibat kesesatan itu).

Kata Musdah, akibat pintu ijtihad ditutup, Islam mengalami kemunduran peradaban sejak abad 12 Masehi. Menurut saya, ini hanyalah bualan kosong yang tidak memiliki arti. Untuk menghasilkan ijtihad yang baik, dibutuhkan syarat-syarat, antara lain: (1) Niatan ikhlas lillahi Ta�ala; (2) Memiliki modal kedalaman ilmu Syar�i dan pengetahuan realitas; (3) Memahami metode penarikan kesimpulan hukum yang lurus, sesuai metode Salafus Shalih; (4) Tujuan ijtihad itu adalah untuk mencari solusi kongkret atas masalah-masalah Ummat, bukan untuk meproduksi masalah-maslaah baru; dan (5) sehebat apapun ijtidah, ia hanyalah pendapat manusiawi, bisa benar bisa salah. Jadi, tidak semua ijtihad lantas bisa diambil, apalagi dari kalangan Liberaliyun. �Ijtihad� mereka selalu ditujukan untuk merongrong agama Allah. Ummat Islam tidak membutuhkan ijtihad seperti itu.


Ideologi Kelompok Musdah

Musdah menyimpulkan bahwa larangan menikah beda agama adalah hasil intepretasi para ulama. Ustadz Surahman menangkis dengan menjelaskan, bahwa intepretasi itu tetap saja berasal dari �qalallah dan qala Rasulullah� (Firman Allah dan sabda Rasulullah). Tetapi Musdah membantah balik, �Kalau begitu pendapat ulama-ulama progressif di jaman sekarang harus diakui juga, sebab mereka juga berdasarkan qalallah wa qala Rasulullah. Mengapa pendapat mereka tidak dihargai?�

Saya kira, inti masalahnya ada disini. Musdah ngeyel dengan pendapatnya, dan kita menolak pandangan-pandangannya. Sejak pangkal masalah sudah tampak perbedaan yang menyolok. Ummat Islam mengikuti metode Salafus Shalih dalam menetapi hukum-hukum Allah, sementara Musdah dan kawan-kawan ingin membuang metode itu. Serangan mereka terhadap metode Salaf sudah sangat dikenal. Mereka sendiri ingin membuat metode sendiri, namanya metode sak enake udele (sesuka hati mereka). Apa saja yang selaras dengan hawa nafsu diambil, sedangkan yang menciderai hawa nafsu ditinggalkan.

Musdah berkeyakinan bahwa kalangan Liberaliyun seperti dirinya juga mengikuti Al Qur�an dan As Sunnah, hanya saja dengan intepretasi yang lebih �maju�, �modern�, �equal�, dan �membebaskan�. Padahal di sisi Allah, semua ukuran itu tidak ada artinya. Allah Maha Kaya, tidak tergiur oleh iming-iming seperti itu. Dia juga tidak meminta kita bersusah-payah memenuhi standar kemajuan, modernitas, equalitas, liberalitas, dll. Kita hanya diperintahkan beribadah kepada-Nya dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. �Wa maa umiru illa liya�budullaha mukhlishina lahud din hunafa�� (tidaklah mereka diperintahkan, melainkan agar menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama secara lurus kepada-Nya). Dan orang-orang seperti Musdah Mulia dkk. itu merasa perih, pilu, menjerit histeris saat disuruh tunduk kepada Rabb-nya. Na�udzubillah min dzalik. Dalam hati-hati mereka telah berdiri bermacam-macam berhala yang mereka ibadahi dengan sepenuh hati dan jiwa; mereka mencintai berhala-berhala itu daripada Allah Ta�ala.

Dalam Al Qur�an disebutkan, �Dan di antara manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintai tandingan-tandingan itu seperti mereka mencintai Allah, sedangkan orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.� (Al Baqarah: 165).

Nah, inilah inti masalahnya. Tidak sedikit orang-orang yang disebut intelektual, cendekiawan, ilmuwan, bahkan guru besar; mereka memperumit diri dengan membuat standar-standar yang tidak Islami seperti kemajuan, equalitas, modernitas, kebebasan, demokrasi, dll. Mereka perjuangkan semua itu mati-matian. Pada saat yang sama mereka tidak memberikan kepada Allah hak-hak-Nya untuk diibadahi secara tulus murni. Padahal dalam Al Qur�an, �Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku untuk Allah, Rabb alam semesta.� (Al An�aam: 162).

Bahkan yang sangat ironis, kesesatan mereka tidak berpijak di atas ideologi, tetapi sangat pragmatis, misalnya karena income, proyek, dana bantuan, status sosial, popularitas, akses media, jabatan struktural, dll. Saya teringat perkataan Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah tentang pemikir-pemikir liberal di jaman modern, seperti Thaha Husein dan kawan-kawan. Kata beliau, kalau orang sesat di masa lalu masih mau membaca, mengkaji, dan menelaah, maka orang sesat jaman modern malas membaca, ilmunya dangkal. Jadi, seperti tidak bermutu berpolemik dengan orang-orang sesat itu. Kurang-lebih seperti itu pandangan beliau.

Saya sendiri merasa sangat heran dengan manusia-manusia seperti Ulil Abshar, Luthfi Asyaukanie, Zuhairi Misrawi, Abdul Moqsith, dll. Sampai kapan mereka akan terus membohongi diri sendiri? Sungguh, hati kecil mereka mengakui argumentasi-argumentasi para aktivis Islam yang kerap mereka sebut sebagai Thaliban itu. Sebagai pemikir, mereka jelas bisa menilai baik-tidaknya argumentasi ilmiah, sebab dalam kuliah-kuliah hal itu diajarkan. Hanya jika mereka telah berbaiat untuk menjadi agen gerakan deislamisasi, maka segala keraguan itu pun terjawab. Yo monggo wae Mas, selagi masih ada nafas di kandung badan, insya Allah akan kami layani jualan-jualan Sampeyan, bi nashrillah!


Wallahu a�lam bisshawaab.
Bumi Allah, Idul Fithri 1429 H (malam).
http://abisyakir.wordpress.com/

Fadhilah Atau Keutamaan Dzikir

Hidup di dunia hanyalah "sekedar mampir", dengan kata lain sementara dan tidak selamanya. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari kita untuk selalu mengingat Sang Pencipta, Allah Yang Maha Kuasa. Mengingat Allah tidak hanya ketika shalat saja, ketika makan
minum, bepergian, di waktu luang bahkan disaat sibuk sekalipun, dikantor atau ketika sedang kerja misalnya. Dan cara yang paling mudah dan ringan adalah dengan Dzikir.

Lafadz Subhanallah, Alhamdulillah, Laailahaillallah dan Allahu Akbar adalah lafadz dzikir yang dianjurkan oleh Rasullullah. Ke empat lafadz yang dikenal sebagai Lafadz Tasbih ini memiliki banyak sekali keutamaannya. Dan jika dihitung keutamaannya sesungguhnya terdapat
lebih dari seratus fadhilah. Dari ratusan keutamaan itu kami simpulkan menjadi 59 Keutamaan berikut ini :

1.Dzikir menjauhkan diri dari syetan dan menghancurkan kekuatanya

2.Dzikir menyebaban ia dicintai Allah SWT

3.Dzikir menjauhkan kegelisahan dan kesedihan hati

4.Dzikir menjadikan hati lapang, gembira dan berseri-seri

5.Dzikir menguatkan tubuh dan hati

6.Dzikir menjadikan bercahayanya rumah dan hati

7.Dzikir dapat menarik rizki

8.Orang yang selalu berdzikir akan dipakaikan kepadanya pakaian kehebatan dan kegagahan yaitu orang yang melihat akan merasa gentar dan akan merasakan kesejukan

9.Dzikir dapat menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, sedangkan cinta kepada Allah ini merupakan ruh Islam dan jiwa agama, juga sebagai sumber keberhasilan dan kebahagiaan, keduanya akan mudah dicapai oleh orang yang selalu berdzikir. Barang siapa yang ingin
dapat mencintai Allah dengan benar, hendaklah memperbanyak dzikrullah.
Demikian pula, dzikir merupakan pintu cinta kepada Allah

10.Dengan dzikir, kita akan mampu bermuraqabah yang akan menyampaikan kita kepada derajat ikhsan. Orang yang telah mencapai derajat ikhsan, dalam ibadahnya seakan-akan melihat Allah SWT

11.Dzikir merupakan sarana untuk kembali kepada Allah yang akan membawa seseorang berserah diri kepada Allah. Sehinga sedikit demi sedikit, dalam segala urusan, Allah akan menjadi tempat perlindungan, rumah dan benteng baginya. Dalam menghadapi musibah juga akan cenderung berlindung kepadaNya.

12.Dzikir dapat menyebabkan seseorang dekat kepada allah. Semakin banyak seseorang mengingat Allah, ia akan semakin dekat kepada Allah Ta'ala. Semakin lalai seseorang dalam mengingatNya, ia akan semakin jauh dari Allah Ta'ala

13.Dzikir merupakan pintu ma'rifatulah

14.Dengan berdzikir, kehebatan dan kebesaran Allah akan masuk ke dalam hati, juga sebagai sarana agar bergairah menghadirkan diri di hadapan Allah.

15.Dzikir merupakan penyebab ingatnya seseorang kepada Allah, sebagaimana firmanNya "Karena itu ingatlah kamu kepadaKu niscaya aku ingat pula kepadamu". Di dalam hadits juga disebutkan "Barangsiapa mengingatKu dalam dirinya, maka aku akan mengingatNya dalam diriKu"

16.Dzikir dapat menghidupkan hati. Hafizh Ibu Taimiyyah rahimullah berkata bahwa dzikir bermanfaat bagi hati sebagaimana ikan yang memerlukan air. Kita dapat memikirkan bagaimana jadinya jika ikan hidup tanpa air.

17.Dzikir merupakan makanan bagi hati dan ruhani. Jika keduanya tidak memperoleh makanan maka keadannya sebagaimana tubuh yang tidak memperoleh makanan

18.Dzikir menjauhkan hati dari karat. Sebgaimana disebutkan dalam hadits bahwa segala sesuatu itu akan berkarat atau kotor. Kotoran hati adalah keinginan hawa nafsu dan kelalaian. Keduanya akan sulit dibersihkan kecuali dengan dzikir. Untuk itu, dzikir bermanfaat untuk
membersihkanya.

19.Dzikir menjauhkan diri dari kesusahan dan kesalahan

20.Dzikir dapat menjauhkan diri dari perasaan takut dan was-was.
Apabila seseorang dihinggapi kelalaian, ia kan diselubungi perasaan takut dan was-was. Bila ia berdzikir, semuanya itu akan menjauh

21.Apabila seseorang berdzikir kepada Allah maka emapat penjuru `Arsy akan berdzikir kepadaNya.

22.Apabila pada waktu senang seseorang berdzikir mengingat Allah SWT, maka Allah akan mengingatnya ketika dalam kesusahan

23.Dzikir merupakan sarana untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah SWT

24.Dzikir menyebabkan turunnya sakinah serta rahmat. Para malaikat akan menaungi manjelis dzikir.

25.Dengan berdzikir, lidah seseorang akan terjauh dari ucapan-ucapan dosa seperti ghibah, memaki, berbohong, perkataan kotor, dan perkataan sia-sia. Kenyataan telah membuktikan bahwa orang-orang yang sibuk berdzikir akan selamat dari perbuatan-perbuatan tersebut. Sebaliknya, lidah yang tidak dibiasakan berdzikir akan terjerumus ke dalam ucapan
yang tercela.

26.Majelis dzikir adalah majelis malaikat, sementara majelis lalai dan sia-sia adalah manjelis syetan. Terserah kepada pribadi masing-masing untuk memilih yagn disukainya. Setiap orang tentu menyukai sesuatau sesuai dengan sifat dan kecenderunganya.

27.Dengan berdzikir, seseorang akan menjadi baik dan bahagia. Demikian pula orang-orang yang menyertainya. Sebailknya, orang-orang yang menghabiskan waktunya dengan sia-sia adalah orang –orang yang jahat dan celaka, demikian pula orang-orang yang menyertainya

28.Pada hari kiamat, orang–orang yang selalu berdzikir akan terhindar dari bencana dan penyesalan. Untuk itu, disebutkan dalam sebuah hadits bahwa setiap majelis yang ada di dalamnya tidak ada dzikrullah akan menyebabkan kesusahan dan kerugian pada hari kiamat.

29.Apabila seseorang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga menangis, pada hari kaiamat nanti, ia akan memperoleh naungan di bawah`Arsy Ilahi, ketika seluruh manusia sedang dihisab dan merasakan panasyang sangat menyiksa

30.Orang yang menyibukan diri dengan berdzikir akan mendapatkan karunia lebih banyak daripada orang-orang yang berdoa, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits, "Barangsiapa karena sibuk berdzikir sehingga tidak sempat untuk berdoa, maka Aku akan memberikan yang
lebih baik daripada orang �Eorang yang berdoa"

31.Meskipun dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, tetapi mempunyai fadhilah (keutamaan) yang paling utama karena menggerakan lidah lebih mudah daripada menggerakan anggota badan lainya.

32.Dzikrullah merupakan pohon di syurga.

33.Nikmat dan karunia yang diberikan Allah kepada seseorang karena berdzikir tidaklah diberikan karena amal-amal lainya.

34.Seseorang yagn berdzikir secara istiqomah (terus menerus) akan selamat dari melupakan dirinya, yang menyebabkan kecelakaan dunia dan akhirat. Karena melupakan diri sendiri dan tipuan-tipuanya berarti melupakan Tuhan, dan orang yang melupakan Tuhan niscaya akan
memperoleh kerugian. Allah memperingatkan dalam firmanNya : "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah lalu Allah menjadikan kamu seperti orang-orang yang lupa kepada diri mereka sendiri. Merka itulah orang-orang yang fasik" (Al-Hasyr : 19)

35.Dengan berdzikir, seseorang dapat senantiasa mencapai kemajuan dan kejayaan, baik ketika ia beristirahat atau ketika berada di pasar, ketika sehat maupun ketika sakit, ketika sibuk mengecap kenikmatan hidup maupun ketika mengalami berbagai kekurangan. Pendek kata, pada setiap saat dan keadaan, ia akan memperoleh kejayaan.

36.Cahaya dzikir senantiasa bersama orang yang berdzikir, baik di dunia maupun di dalam kubur, dan ia membimbing ketika melewati shirath

37.Dzikir adalah intisari ilmu tasawuf, yang diamalkan oleh setiap ahli thariqah. Jika telah terbuka pintu dzikir bagi seseorang, berarti telah terbuka baginya jalan menuju Allah. Barangsiapa telah menuju kepada Allah, niscaya ia telah memperoleh semua yang dikehendakinya, karena khazanah Illahi tidak akan berkurang sedikitpun.

38.Dzikir merupakan pohon yang setiap waktu menghasilkan buah makrifat

39.Dzikri mendekatkan kepada Dzat yang kepadaNya ia berdzikir, sehingga orang yang berdzikir akan disertai olehNya

40.Dzikir seimbang dengan memerdekakan hamba, seimbang dengan membelanjakan harta, dan seimbang pula dengan Jihad Fisabilillah (berjuang di jalan Allah).

41.Dzikir merupakan sumber syukur

42.Dzikir merupakan obat penyakit hati

43.Dzikir merupakan sumber persahabatan dengan Allah, sebaliknya melalaikanya merupakan sumber permusuhan dengan Allah

44.Dzikir dapat menambah nikmat Allah dan menyelamatkan dari adzabNya

45.Allah membangga-banggakan orang-orang yang berdzikir di hadapan
para malaikat

46.Barangsiapa senantiasa berdzikir, ia akan masuk syurga sambil
tersenyum-senyum

47.Amalan yang paling utama adalah amalan yang disertai dengan berdzikir sebanyak-banyaknya

48.Dzikir merupakan pengganti ibadah-ibadah nafilah (sunah)

49.Dzikir merupakan pendorong ibadah-ibadah lainya

50.Dengan dzikir, hal-hal yang berat akan menjadi ringan

51.Dzikir akan menghindarkan semua bentuk ketakutan dan kebimbangan

52.Dzikir menimbulkan dan tenaga istimewa pada manusia

53.Allah SWT sendiri membenarkan dan memuji orang-orang yang berdzikir

54.Dzikir menyebabkan terbangunya rumah di syurga

55.Dzikir merupakan perisai atau penghalang di neraka jahanam

56.Para malaikat beristighfar untuk orang yang berdzikir

57.Memperbanyak dzikir merupakan jalan untuk membebaskan diri dari kemunafikan

58.Dibandingkan amalan-amalan lainya, dzikir mempunyai kelezatan yang tidak dimiliki oleh amalan-amalan lain

59.Di dunia, wajah orang yang berdzikir akan nampak gembira dan akan
nampak nur (cahaya) pada hari kiamat.

Dzikir kepada Allah SWT merupakan kiat untuk menggapai ketenangan jiwa, yakni dzikir dalam arti selalu ingat kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut nama-Nya dalam berbagai kesempatan.

insya Allah yang menulis baik, yang menyampaikan baik, yang membaca baik, yang lebih baik lagi yang mengamalkan.

Sumber : fadilahamal.blogspot.com

Fadhilah Membaca Al-Qur’an


Membaca

Membaca Al Quran termasuk amal yang sangat mulia, dan Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi yang melakukannya. Seorang mukmin akan menjadikan Al Quran sebaik-baik bacaan di kala senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Malahan membaca Al Quran bukan saja menjadi amal ibadah, tetapi juga menjadi penawar/obat bagi jiwa (Q.S. Fushshilat :44)

Dimanakah letak keutamaan atau kelebihan martabat orang yang membaca Al Quran?

  • Rasulullah menyatakan dengan 4 perumpaman „ Perumpamaan orang Mu’min yang membaca Al Qur’an adalah seperti Bunga Utrujjah (baunya harum dan rasanya lezat), orang mukmin yang tak suka membaca Al Qur’an adalah seperti Buah Kurma (baunya tidak begitu harum, tapi manis rasanya), orang munafiq yang membaca Al Qur’an ibarat Sekuntum Bunga (berbau harum, tetapi pahit rasanya), orang munafiq yang tak suka membaca Al Qur’an tak ubahnya seperti Buah Hanzalah (tidak berbau dan rasanya pahit sekali).(HR.Bukhari & Muslim):
  • Ada dua golongan manusia yang sungguh-sungguh orang dengki kepadanya, yaitu orang yang diberi oleh Allah Kitab Suci Al Qur’an ini, dibacanya siang dan malam; dan orang yang dianugerahi Allah kekayaan harta, siang dan malam kekayaannya itu digunakannya untuk segala sesuatu yang diridhai Allah“ (HR. Bukhari & Muslim).
  • Rahmat Allah SWT terhadap orang yang membaca Al Quran sangat besar.seperti dijelaskan oleh Hadist „ kepada kaum yang suka berjamaah di rumah-rumah ibadah, membaca Al Qur’an secara bergiliran dan mengajarkannya kepada sesama, akan turunlah kepadanya ketenangan dan ketentraman, akan terlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan dijaga oleh malaikat, dan Allah akan selalu mengingat mereka(Muslim dr. Abu Hurairah).
  • Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi orang yang membaca Al Quran, seperti yang di katakan oleh Ali bin Abi Thalib: 50 x kebajikan dari tiap-tiap huruf yang diucapkannya, yaitu orang yang membaca Al Quran dalam shalat, 25x kebajikan, yaitu membaca Al Quran diluar sholat dengan berwudhu’, 10 x kebajikan, yaitu: membaca Al Qur’an diluar sholat dengan tidak berwudhu’)

Mendengarkan bacaan Al Quran

Mendengarkan orang membaca Al Quran pahalanya sama dengan orang yang membacanya. Tentang pahala orang mendengarkan bacaan Al Quran (QS. 7 :204)

Semakin sering orang membaca dan mendengarkannya, semakin tertarik hatinya kepada Al Quran. Apalagi jika Al Quran dibaca dengan lidah yang fasih, suara yang baik & merdu akan lebih berpengaruh kepada jiwa yang mendengarkannya. Keadaan orang mukmin tatkala mendengarkan bacaan Al Quran digambarkan pada (QS. 8:2) . Rasulullah pun sangat suka mendengarkan bacaan Al Quran dari orang lain.

Membaca Al Quran sampai khatam

Seorang mukmin yang begitu dalam cintanya kepada Al Quran, ketika ia membaca Al Quran seolah-olah jiwanya mengahadap kehadirat Allah SWT, menerima amanat dan hikmat suci, memohon limpah karunia serta rahmat dan pertolongan-Nya. Sehingga tidak ada suatu kebahagiaan di dalam hatinya , melainkan bila dia dapat membaca Al Quran sampai khatam dengan keikhlasan hati.

Adab Membaca Al Quran

Imam Alghazali didalam kitabnya Ihya Ulumuddin menguraikan bagiamana tatacara membaca Al Quran: Adab batin dan adab lahir

Adab batin yaitu dengan hati dan jiwa: Bagimana cara hati membesarkan kalimat Allah SWT. Dia harus yakin bahwa kalam yang dibacanya adalah bukanlah kalam manusia, melainkan kalam Allah Azza wa Jalla.

Adab lahir:

  • disunatkan membaca Al Quran sesudah berwudhu, lalu mengambilnya dengan tangankanan, dan memegangnya dengan ke 2 belah tangan.
  • disunatkan membacanya di tempat yang bersih, (surau , rumah mushallah), yang paling utama di Mesjid.
  • disunatkan menghadap ke kiblat, khusuk dan tenang, sebaiknya dengan pakaian yang pantas.
  • ketika membaca, mulut hendaknya bersih
  • Sebelum membaca disunatkan membaca Ta awwudz
  • disunatkan membaca Al Quran dengan tartil (Q.S. 73:4)
  • bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Quran disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat tsb dan maksudnya.
  • disunatkan membaca Al Quran dengan suara yang bagus lagi merdu (Zayyinulquraanabiaswaatikum)
  • Janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain.

Batas untuk mempelajari Al Quran itu hanya bila seseorang sudah diantar ke liang kubur.

Sumber : fadilahamal.blogspot.com

Sumber : fadilahamal.blogspot.com

Fadhilah dan Faedah Zakat, Infaq dan Shodaqoh


Zakat, Infaq, dan Shodaqoh memiliki fadhilah dan faedah yang sangat banyak diantaranya:

1. Allah akan melipatgandakan pahala yang bersedekah, Allah SWT berfirman, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezeki), dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS.Al-baqarah :245)

2. Orang yang bersedekah dengan ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: ”Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya diantaranya yaitu: ”Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.”(Muttafaq ’alaih)

3. Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani. Rasulullah SAW bersabda: ”obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah. ”(Shahih At-targhib) beliau juga bersabda kepada orang yang mengeluhkan tentang kekerasan hatinya: ”Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad)

4. Orang yang berinfaq akan didoakan oleh malaikat setiap hari sebagaimana sabda Rasulullah SAW ”Tidaklah datang suatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah satunya mengatakan, ”Ya Allah berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan, dan yang lain mengatakan, ”Ya Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan hartanya).” (Muttafaq’alaihi)

5. Shadaqah merupakan pembersih dan mensucikannya dari kotoran, sebagaimana wasiat Rasulullah SAW kepada para pedagang, ”Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli ini dicampuri dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia dengan shadaqah.” ( HR. Ahmah, Nasa’i dan Ibnu Majah juga disebutkan dalam Shahih Al-Jami)

Sumber : dhemids.co.cc

Fadhilah Shalawat

Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak shalawat atasku.” (HR. Tirmidzi)

Shalawat yang berasal dari kata al-Shalah, secara etimologi mempunyai arti yaitu do’a dan rahmat. Secara lebih khusus, shalawat mempunyai makna rahmat Allah Swt yang disertai pemuliaan-Nya atas Nabi Muhammad SAW. Namun, sebagian jumhur mentafsirkan bahwa shalawat berarti rahmat yang datang dari Allah Swt, dan pengampunan dosa dari malaikat, serta tunduk dan do’a dari selain keduanya seperti manusia, hewan, hingga benda mati.

Hadist yang tesebut di atas, mengingatkan kita akan urgensi dan keutamaan shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita tunduk dan memuliakan junjungan nabi kita Muhammad SAW atas apa yang telah beliau lakukan untuk umatnya semasa hidup. Shalawat atas beliau adalah satu dari sekian banyak wasilah atau cara untuk memuliakan beliau. Jangankan kita manusia yang notabene adalah umat beliau, Allah Swt dan malaikat-Nya pun juga beshalawat kepada beliau. Allah Swt befirman dalam al-Qur’an yang bunyinya “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas nabi. Hai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu atas nabi dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS al – Ahzab : 56)

Allah Swt dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan risalah-Nya, dan menjadikannya rahmatan lil ‘alamien, serta pembawa berita gembira bagi orang-orang mu’min, dan pemberi syafa’at bagi umat pilihannya. Maka, sudah menjadi kewajiban seorang muslim dan seluruh umat Nabi Muhammad SAW untuk bershalawat atasnya sebagai bentuk rasa tunduk dan penghormatan kepada beliau.

Orang yang selalu bershalawat atas Nabi Muhammad SAW akan merasakan fadhilah dan keutamaan dari shalawat tersebut. Ada beberapa hadist yang menjelaskan fadhilah dan keutamaan dari shalawat, satu diantaranya berbunyi “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." (HR. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga). Dalam hadist lainnya, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa'atku." (HR. Thabarani)

Namun, barangsiapa yang melalaikan dan enggan untuk bershalawat atas Nabi Muhammad SAW, maka ia juga akan merasakan akibat dan dampak dari kelalaiannya itu. Rasulullah SAW bersabda “Termasuk orang yang bakhil adalah orang yang apabila namaku disebut ia tidak bershalawat atasku.” (HR. Tirmidzi)

Inilah sebagian fadhilah bagi orang-orang yang sering bershalawat atas Nabi Muhammad SAW dan celaan bagi yang melalaikannya. Wallahu a’lam bish shawab

Sumber :nerameazza.blogspot.com

Fadhilah Sholat Dhuha

Didalam Surah Adh-Dhuha Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. 93:1-2). Pernahkah terlintas dalam benak kita mengapa Allah swt sampai bersumpah pada kedua waktu itu?. Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa kedua waktu itu adalah waktu yang utama paling dalam setiap harinya.

Pada waktu itulah Allah swt sangat memperhatikan hambaNya yang paling getol mendekatkan diri kepadaNya. Ditengah malam yang sunyi, dimana orang-orang sedang tidur nyenyak tetapi hamba Allah yang pintar mengambil kesempatan disa’at itu dengan bermujahadah melawan kantuk dan dinginnya malam dan air wudhu’, bangun untuk menghadap Khaliqnya, tidak lain hanya untuk mendekatkan diri kepadanya.

Demikian juga dengan waktu dhuha, dimana orang-orang sibuk dengan kehidupan duniawinya dan mereka yang tahu pasti akan meninggalkannya sebentar untuk kembali mengingat Allah swt, sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat itu dilain sa’at ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim).

Lantas bagaimana tidak senang Allah dengan seorang hamba yang seperti ini, sebagaimana janjiNya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35). Diakhir ayat ini terlihat Allah menyatakan kata “beruntung” bagi hambanya yang suka mendekatkan diri kepadanya. Nach.. kalau bicara tentang beruntung tentu ini adalah rejeki bagi kita. Dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa rejeki itu bukan hanya bentuknya materi atau uang belaka. Tetapi lebih dalam dari itu, segala sesuatu yang diberikan kepada kita yang berdampak kebaikan kepada kehidupan kita didunia dan diakhirat adalah rejeki. Dan puncak dari segala rejeki itu adalah kedekatan kepada Allah swt dan tentu kalau berbicara ganjaran yaitu kenikmatan puncak yang paling akhir adalah syurga. Oleh karena itu para ulama mengajarkan kita untuk berdo’a tentang rejeki ketika selesai shalat dhuha. Jadi salah satu fadilah (keutamaan) dari shalat dhuha itu adalah sarana jalan untuk memohon limpahan rejeki dari Allah swt.

Disamping itu shalat dhuha ini juga dapat mengantikan ketergadaian setiap anggota tubuh kita pada Allah, dimana kita wajib membayarnya sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Setiap pagi setiap persendian salah seorang diantara kalian harus (membayar) sadhaqah; maka setiap tasbih adalah sadhaqah, setiap tahmid adalah sadhaqah, setiap tahlil adalah sadhaqah, setiap takbir adalah sadhaqah, amar ma’ruf adalah sadhaqah, mencegah kemungkaran adalah sadhaqah, tetapi dua raka’at dhuha sudah mencukupi semua hal tersebut” (HR Muslim).

Tetapi yang lebih dalam dari itu lagi adalah shalat dhuha ini adalah salah amalan yang disukai Rasulullah saw beserta para sahabatnya (sunnah), sebagaimana anjuran beliau yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra:
“Kekasihku Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan witir sebelum tidur” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud).
Kalaulah tidak khawatir jika ummatnya menganggap shalat dhuha ini wajib hukumnya maka Rasulullah saw akan tidak akan pernah meninggalkannya. Para orang alim, awliya dan ulama sangatlah menjaga shalat dhuhanya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafei’: Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak melakukan shalat dhuha”. Hal ini sudah jelas dikarenakan oleh seorang mukmin sangat apik dan getol untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”.

Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai seorang muslim yang mempunyai tujuan hidup untuk mendapatkan ridhoNya meninggalkan shalat dhuha karena kesibukan duniawi kita kecuali karena kelalaian dan kebodohan kita sendiri.

Sumber : nakasaha.blogspot.com

Misionaris Bermimpi Bertemu Rasulullah saw


Nama saya Iselyus Uda, istri saya Maria Juana. Lima belas tahun saya menjadi penginjil di Kalimantan Tengah sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang laki-laki dalam suatu mimpi.

Tidak pernah terbayang kalau kelak saya akan menginjakkan kaki di tanah haram yang dirindukan umat Islam. Bahkan tak pernah terpikir saya akan memeluk agama Islam yang tadinya saya benci. Sebab, sejak kecil saya dan istri biasa hidup di lingkungan adat yang sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam.

Dulu, suku Dayak dikenal sebagai pengayau tengkorak manusia. Memburu kepala musuh, baik sesama suku maupun suku lain, merupa-kan pilar utama budaya dan kepercayaan kami lantaran kepala yang baru dipenggal sangat penting bagi terciptanya kesejahteraan seisi kampung. Sementara tengkorak lama makin luntur kekuatan magisnya. Untuk itu, dibutuhkan perburuan terus menerus yang menyebabkan sering terjadinya peperangan, baik antar suku ataupun dengan masyarakat luar.

Jasa Penginjil

Sebetulnya agama Islam sudah tersiar di tanah Jawa sejak abad 15, terutama di Kutai dalam wilayah kerajaan Hindu Mulawarman yang kini termasuk Provinsi Kalimantan Timur. Namun masyarakat Dayak tidak tertarik untuk menganut agama Islam karena kami dilarang beternak babi atau berburu celeng dan memakan dagingnya. Islam juga melarang umat-nya memelihara anjing. Padahal, babi dan anjing sudah menyatu dengan kehidupan kami dan tidak mungkin terpisahkan dari upacara adat dan ritus-ritus nenek moyang.

Tak seorangpun penganjur Islam yang pernah memberitahu adanya keringanan-keringanan tentang najis anjing dan babi, serta tidak terlalu memaksa seseorang yang baru bersyahadat agar segera dikhitan. Seakan keringanan itu sengaja di- sembunyikan. Yang kami ketahui, kalau memeluk agama Islam kami harus meninggalkan adat-istia-dat neneng moyang. Sedikit saja menyimpang dan tetap melaksanakan tradisi nenek moyang, kabar-nya kami akan dituduh musyrik dan masuk neraka. Bukankah itu menyakitkan dan mengerikan?

Berbeda dengan sikap penginjil, baik dari kalangan Katolik maupun Protestan. Mereka datang berduyun-duyun membawa hadiah, ilmu dan pengetahuan baru yang dapat mengubah cara hidup kami tanpa mengharubiru adat istiadat dan ritual nenek moyang. Mereka merambah ke kawasan-kawasan terpencil, perang antar suku tidak pernah terjadi lagi berkat jerih payah mereka. Kebiasaan mengayau kepala manusia sudah lama kami ting-galkan, juga agama asli. Dan hal itu terjadi tanpa memusnahkan upacara adat dan tradisi.

Misionaris Yang Sukses

Sungguh mereka banyak berbuat untuk suku Dayak, termasuk saya dan keluarga, yang sebagai pengikut Yesus dan Bunda Maria, segala kebutuh-an hidup kami selalu dipenuhi, oleh karena itu, untuk menanggung delapan orang anak dan seorang istri , saya tidak pernah mengeluh walaupun saya hanya sebagai penginjil Katolik.

Sudah tak terhitung banyaknya penduduk yang dapat saya ajak masuk gereja. Apalagi sejak saya dianugerahi amanat memimpin umat Katolik di desa Bangkal oleh gereja Sampit. Makin menggebu-gebu semangat saya untuk mengibarkan panji-panji sang juru selamat dan menegakkan palang salib di berbagai penjuru. Saya tanamkan iman Kristiani kepada masyarakat kecamatan Danau Sembuluh tanpa pandang bulu. Malah cita-cita saya tidak saja menasranikan rakyat Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, melainkan juga seluruh pelosok Provinsi Kalimantan Tengah.

Tiga tahun saya menebarkan ayat-ayat Injil di mimbar gereja dan di berbagai persekutuan doa di desa Bangkal dan desa-desa lainnya. Kemudian saya dipercaya pula untuk mengumandangkan misi gereja di kecamatan Cempaga sejak tahun 1978.

Berkat kegigihan saya, hingga hampir segenap waktu saya tersita oleh kegiatan pelayanan rohani, bahkan saya berhasil mengajak umat dan se-mua pihak untuk bersama-sama membangun gereja yang cukup besar lengkap dengan asramanya.

Keyakinan Fatamorgana

Dua tahun saya bekerja, memeras tenaga dan pikiran demi kejayaan agama Katolik melalui gereja yang saya dirikan. Sungguh bangga hati saya, sungguh mantap kaki saya. Namun dibalik kepuasan batin itu ada sesuatu yang terngiang-ngiang jauh di dasar sanubari saya. Entah mengapa dan darimana datangnya tuntutan itu, tidak pernah terungkap sama sekali. Yakni tanda tanya yang tak mampu saya jawab meskipun telah saya gali lewat firman-firman suci. Apakah betul jalan saya berasal dari Tuhan? Tidak kelirukah keyakinan saya itu?.

Kebimbangan tersebut betul-betul sangat menyiksa hidup saya dan mengusik ketentraman batin. Seolah ada sebuah lubang pada diri saya yang tidak mampu saya tutupi, malah saya rasa makin lama makin dalam dan lebar. ??Ya Tuhan, kalau Engkau Maha Kuasa dan Maha Penyayang, tunjukkanlah kebenaran yang sempurna?? demikian ratap saya tiap malam tatkala suasana sedang lengang dan kesunyian sedang mencekam sambil saya genggam rosario --kalung salib-- erat-erat.

Saya menggapai-gapai bagaikan hampir tenggelam di tengah-tengah samudera kehampaan. Saya berteriak nyaring di tengah gurun kesunyian. Saya merasa ditinggalkan sendirian dalam sebuah lorong gelap dan pengap setelah seberkas cahaya yang tadinya saya jadikan pedoman kian buram dan hampir padam. Saya merindukan sinar terang yang tidak menipu saya dengan bercak-bercak fatamorgana. Saya mendambakan jalan lurus menu-ju haribaan Tuhan yang sejati dan hakiki.

Mimpi yang menakjubkan

Tiba-tiba, pada suatu malam menjelang akhir Oktober 1980, ketika kesibukan untuk mengabarkan Injil mencapai puncaknya, saya didatangi mimpi yang sangat aneh. Seorang lelaki berjenggot rapi mengunjungi saya antara tidur dan jaga. Pundak saya ditepuk dan tangan kanan saya ditariknya. Saya menoleh, betapa takjub saya melihat sosok manusia yang begitu tampan dalam usia bayanya. Berpakaian serba putih dengan rambut berombak tertutup selembar kain halus yang juga berwarna putih, ia tampak sangat agung dan anggun. Saya merasa damai oleh pandangan dan senyumnya.

Dituntunnya saya menjelajahi hamparan tanah yang tandus menuju sebuah gurun pasir yang luas dan gersang. Anehnya, meskipun matahari terik membakar, saya justru merasakan kesejukan yang indah dan menawan, seolah gumpalan awan besar menaungi kami berdua.

Ketika tiba di suatu tempat yang asing dan sakral, ia mempersilakan saya masuk, saya melihat ribuan manusia bergerak mengelilingi sebuah bangunan berbentuk kubus sambil berlari-lari kecil, di antara mereka ada yang sedang bersujud dengan khusyu??, banyak pula yang berebutan mencium batu hitam kebiruan yang menempel di dinding kubus itu, begitu saya datang, kerumunan manusia tadi menyibakkan diri memberikan kesempatan kepada saya untuk memeluk dan mencium batu berkilat itu sepuas hati. Amboi, alangkah harum-nya, alangkah tenteramnya jiwa saya.

Setelah itu ia mengarak saya bersama berbagai awan ke tempat lain yang pemandangannya amat berbeda, tetapi suasananya sama, penuh keagungan, saya bertanya, ??Bangunan apa yang teduh ini??? Ia menjawab,??Ini yang dinamakan Masjid Nabawi.??

Sebagai penginjil saya pernah mengenal istilah itu, sebab mempelajari agama-agama lain adalah modal untuk membeberkan kebenaran kami dan membongkar kelemahan mereka. Oleh karena itu saya terkejut, mengapa saya dibawa kemari?
??Gundukan tanah yang ditengah itu untuk apa???
kembali saya bertanya,
??Itu makam Nabi Muhammad.?? sahutnya.

Mendengar penjelasan itu sayapun makin kaget. Nabi Muhammad adalah pembawa ajaran Islam, ada hubungan apa dengan saya sampai saya diajaknya berziarah ke situ? meski beribu kebingungan menyemak di hati, sekonyong-konyong, tanpa dimintanya saya bersimpuh di depan kuburan yang sederhana itu, Air mata saya menetes. Saya terharu walaupun tidak tahu kenapa.

Betapa mulianya pemimpin kaum Muslimin itu yang pengikutnya ratusan juta orang, tetapi makam-nya begitu bersahaja, yang ajarannya ditaati umatnya, namun kematiannya tidak boleh diratapi. Saya terpana sangat lama sehingga tatkala saya sadar kembali, lelaki yang mengantar saya tadi telah menghilang kedalam kuburan itu.

Panggilan hati

Saya ceritakan mimpi ini kepada istri dan anak-anak, mereka terkesima, istri saya berkaca-kaca, saya tidak mengerti apa sebabnya. Barulah pada malam harinya, ketika kami cuma berdua, ia berkata, ??saya yakin itu bukan sekedar mimpi. Itu panggilan. Dan kita berdosa kepada Tuhan bila tidak mau mendatangi panggilan-Nya.??, ??Maksudmu??? saya tidak paham akan maksud istri saya. ??Kita tanya kepada orang yang ahli agama Islam. Siapakah lelaki baya yang mengajak abang itu, dan apa makna mimpi itu. Kalau memang benar merupakan panggilan Tuhan, berarti kita harus masuk Islam,??jawab istri saya tanpa ragu-ragu.

Sayalah yang justru dilanda kebimbangan, terombang-ambing dalam iman Kristiani yang makin goyah. Apalagi tiap kali teringat akan salah satu surah al-Qur??an yang pernah saya pelajari,

??Tuhanmu adalah Allah yang Maha Tunggal, Yang Tidak Beranak dan Tidak Diperanakkan??

Saya ingin lari menghindari dengungan batin itu, namun keyakinan saya tak cukup kuat untuk menahan deburan ayat-ayat suci al-Qur??an. Untungnya pada tahun 1983 gereja Sampit memindahkan saya ke Medan di desa Resettlement untuk mengobarkan semangat Injil pada masyarakat setempat, saya terima dengan setengah hati sebab semangat Injil saya sedang meluntur ke titik paling rawan. Anehnya, saya merasa bahagia menerima keadaan itu, lebih-lebih ucapan istri saya yang tak pernah lenyap dari pendengaran saya. ??Kalau mimpi itu merupakan panggilan Tuhan, kita berdosa jika tidak mendatangi-Nya. Kita harus masuk Islam.??

Masuk Islam

Akhirnya, awal Maret 1990 saya sekeluarga mengunjungi KUA Mentawa Baru Ketapang, sesudah lebih dulu mendapat penjelasan dari seseorang yang saya percayai memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam. Ia mengatakan bahwa lelaki dalam mimpi saya adalah Nabi Muhammad saw. Diterangkannya lebih lanjut bahwa tidak semua orang, termasuk kaum Muslimin, bisa memperoleh kehormatan bertemu dengan Nabi saw dalam mimpi. Dia meyakinkan saya bahwa mimpi itu bukan dusta, bukan kembang tidur. Sebab, Iblis tak sanggup menyerupai Nabi saw walaupun ia bisa menyamar sebagai Malaikat.

Itulah yang kian memantapkan tekad saya sekeluarga untuk memeluk ajaran Islam, maka dengan bimbingan Mahali, BA, kami mengucapkan dua kalimah syahadat disaksikan oleh para pendahulu kami, Arkenus Rembang dan Budiman Rahim, dari Kantor Departemen Agama Sampit. Nama saya Iselyus Uda diganti dengan Muhammad Taufik; istri saya menjadi Siti Khadijah. Begitu pula kedelapan anak saya yang memperoleh nama baru yang diambilkan dari al-Qur??an. Sepulang dari upacara persaksian itu dada saya terasa sangat lapang dan dunia makin benderang. Tengah malam saya mengangkat kedua tangan dan menggumam,??Ya Tuhan, terpujilah nama-Mu, telah datang Kerajaan-Mu, kami bersyukur kepada-Mu, ya Allah, untuk anugerah kebenaran ini.??

Menebus mimpi

Sejak hari paling bahagia itu saya mulai berangan-angan, kapankah pemandangan dalam mimpi saya dulu itu bisa terwujud. Saya merindukan tanah suci tempat kelahiran Nabi ?? dan tempat makamnya, yaitu Makkah dan Madinah. Tanpa kuasa Allah SWT, rasanya mustahil terlaksana mengingat ekonomi saya tidak secerah semasa menjadi penginjil, akan tetapi saya tidak mengeluh. Memang pada segi materi terjadi penurunan, tetapi dari segi yang lain kehidupan kami bertambah makmur, sejahtera dan penuh berkah.

Kekurangan kami sedikit, kami anggap biasa, itulah ujian iman. Materi bukanlah segala-galanya yang penting anak-anak dapat melanjutkan sekolah mereka dan kebutuhan sehari-hari kami tercukupi. Adapun hidup lebih bukanlah tujuan utama. Buat kami sudah puas dengan kaya di hati dan rezeki yang halal.

Saya tidak tahu apakah keikhlasan itu diterima Tuhan, ataukah lantaran sudah tertulis dalam takdir-Nya bahwa saya sekeluarga harus menjadi muslim dan muslimat yang kuat. Peristiwa yang terjadi dua pekan setelah kami masuk Islam membuat saya makin bersyukur kepada Allah SWT, yaitu ketika Kakandepag Kotawaringin Timur, Drs. H. Wahyudi A. Ghani, bertamu ke rumah saya di Desa Resettlement. Ia tidak hanya bertandang, tetapi mengantarkan tebusan mimpi.

Ia mengabarkan bahwa Menteri Agama, H. Munawir Syadzali, MA, menaruh simpati kepada saya dan berkenan memberangkatkan kami suami istri untuk menjalani ibadah umrah. Subhanallah, alangkah Akbarnya Engkau, alangkah luas kasih sayang Engkau. Sungguh saya tidak mampu menggoreskan pena atau menggerakkan lidah guna menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan saya.

Tidak bisa lain yang menggugah hati Menteri Agama, pasti Allah Yang Maha Kuasa. Tanpa kehendak-Nya mana mungkin seorang menteri memperhatikan seorang warga desa terpencil di Kalimantan Tengah ini, padahal kegiatannya selaku menteri tidak kepalang sibuknya. Saya dan istri langsung sujud syukur di hadapan Allah SWT. Kamipun berangkat ketanah suci tahun 1991.

Akhirnya, kami kesampaian mewujudkan pemandangan dalam mimpi dengan melaksanakan thawaf mengelilingi Ka??bah, menunaikan sa??i antara bukit Shafa dan Marwah, serta berziarah ke makam Nabi Muhammad saw.

Agaknya doa kami di tempat-tempat mustajab di Makkah dan Madinah mulai dikabulkan-Nya. Sekembalinya dari tanah suci ada seorang hartawan yang tidak ingin disebut namanya, mewakafkan sebidang tanah kepada saya.

Saya berniat menghabiskan sisa umur saya untuk menebus dosa-dosa pada masa silam tatkala lima belas tahun lamanya saya bekerja keras memurtadkan umat Islam dan merayu banyak orang agar mengikuti keyakinan saya kala itu. Ihdinashshirathal mustaqim.

Pendeta Hans Jefferson: “Secara batin, umat Kristen di seluruh dunia pasti berdoa buat Israel”

Di tengah kecaman dunia terhadap aksi pembantaian massal Israel, Pendeta Hans Jefferson, justru “membela” Israel

Hidayatullah.com—Namanya tak terlalu popular dibandingkan Pendeta Abraham Alex Tanuseputra, pendiri Gereja Bethany Family. Atau Pdt. Dr. Stephen Tong, Ketua Sinode GRII. Tapi pernyataanya kali ini akan membuatnya terkenal dan dikenang. Namanya Pendeta Hans Jefferson. Di tengah kecaman dunia atas aksi melawan kemanusian yang dilakukan Israel kepada warga Gaza, pengkhotbah yang juga Pimpinan Yayasan Kasih Untuk Bangsa ini justru memberikan pernyataan tak simpatik. Dalam sebuah wawancara dengan Radio Nederland Wereldomroep, (5/1) ia mengatakan, apa yang dilakukan Israel bukanlah penjajahan.

“Jadi kalau orang bilang Israel mencaplok tanah Arab, tanah Palestina 14 Mei 1948, orang itu tidak tahu sejarah,” ujarnya. “Israel bukan merdeka karena Israel tidak pernah dijajah. Israel kembali ke tanahnya 14 Mei 1948 untuk memberikan negara Israel dalam konteks pemerintahan dunia hari ini,” demikian katanya. Ada juga yang tak kalah menarik dalam pernyataannya. “Secara batin, umat Kristen di seluruh dunia pasti berdoa buat Israel,” ujarnya. Tapi, ini bukanlah suara mayoritas kaum Kristiani Indonesia. Berikut petikan wawancaranya dengan Radio Nederland Wereldomroep (RNW) dan diedit oleh www.hidayatullah.com.

00O00

Muhammadiyah juga mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa untuk memberlakukan sanksi terhadap Israel karena telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan?

Ini perang. Kita tidak membenarkan suatu bangsa dibunuh oleh bangsa yang lain. Tetapi kalau bangsa saling menyerang, ini kan perang namanya.

Lalu kalau melihat umat Kristen di Indonesia, mereka pada umumnya bagaimana posisinya? Mengapa mereka tidak berdemonstrasi menentang kekerasan Israel?

Ya, prinsipnya begini. Kita harus bertindak cerdas di tengah situasi yang seperti ini. Karena sudah terjadi demonstrasi di mana-mana. Lalu kalau umat Kristen itu melakukan demonstrasi, maka itu kan namanya counter demonstration.

Itu kita akan menimbulkan masalah sendiri dalam negeri. Sedangkan kita melihat gelombang anti Israel, anti Amerika, anti dunia Barat itu luar biasa sekarang. Jadi kalau kita melakukan demonstrasi, itu berarti kita akan memindahkan Jalur Gaza ke Indonesia jadinya.

Lalu yang kedua, cara Kristen bukan seperti itu. Lebih baik kita menyikapi perang ini dengan cara yang lain. Kita mobilisasi gereja untuk berdoa, mobilisasi umat untuk melihat masalah ini secara sejarah tetapi juga secara fakta yang sebenarnya terjadi. Lalu kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, yaitu meredam.

Sebenarnya juga banyak yang mau demo, yang membuat statement garis keras Kristen juga ada. Karena secara akar iman dapat dipastikan bawha iman Kristen tidak bisa dipisahkan dari bangsa Yahudi.

Jadi secara batin, umat Kristen di seluruh dunia pasti berdoa buat Israel. Tapi di pihak lain juga tidak menghendaki Israel "membantai bangsa lain". Ini perang sebenarnya.

Sekarang juga banyak pendeta yang memimpin perjalanan ke Israel. Dan juga ada pendeta-pendeta yang secara terbuka mendukung pemulihan Israel. Bukankah ini secara politik, mereka mendukung keberadaan Israel?

Tidak secara politik. Tapi secara iman. Saya sendiri baru dari Israel. Jadi bukan secara politis. Pernyataan bahwa berdoa buat Israel, berdoa untuk pemulihan Israel, itu secara iman. Karena kita punya akar iman yang sama.

Kita mempercayai separuh Alkitab itu sama. Kita punya Taurat yang sama. Tauratnya Israel Tauratnya kita juga. Perjanjian lama maksud saya. Jadi secara iman itu kita punya akar yang sama.

Yesus Kristus lahir dari bangsa Yahudi. Semua tempat suci Kristen, itu di Yerusalem, di Israel. Jadi dari sisi iman, dari sisi rohani, kita harus berdoa untuk Israel, karena ini secara internal Kristen bahwa Mazmur 122, yang berdoa bagi kesejahteraan Israel dan Yerusalem, maka diberkati. Siapa yang memberkati Israel diberkati. Itu Firman Tuhan.

Selama ini Israel dipandang sebagai Tanah Perjanjian bagi umat Kristen di Indonesia. Apakah sudah saatnya itu diubah pandangan seperti itu?

Tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini, apalagi dari pihak internal Kristen yang mengobah pandangan bahwa Kanaan atau Israel sekarang adalah bukan Tanah Perjanjian. Yang disebut Tanah Perjanjian karena Kejadian pasal 12, Tuhan, Jahweh Elohim berjanji kepada Abraham untuk memberikan tanah itu kepada keturunannya. Dan tanah itu digenapi oleh Tuhan, Jahweh Elohim, disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakob pada jaman Musa keluar dari Mesir dengan umat Israel sampai di gunung Nebo dan Yosua melanjutkan kepemimpinan dan menguasai tanah itu.

Jadi Israel bukan memiliki tanah itu baru 14 Mei 1948. Bukan. Tanah perjanjian itu sudah dimiliki Israel dari jaman Nabi Musa. Bukan baru sekarang. Jadi kalau orang bilang Israel mencaplok tanah Arab, tanah Palestina 14 Mei 1948, orang itu tidak tahu sejarah. Kalau dia tahu sejarah, tanah itu sudah menjadi milik Israel dari zaman Musa. Tidak ada yang bisa merubah itu. Sampai kapan pun juga.

Hanya Tuhan pakai Amerika, pakai Inggris, pakai PBB untuk mengembalikan Israel ke Tanah Perjanjian 14 Mei 1948. Dan ingat, Israel bukan merdeka karena Israel tidak pernah dijajah. Israel kembali ke tanahnya 14 Mei 1948 untuk memberikan negara Israel dalam konteks pemerintahan dunia hari ini. Kalau dulu kan kerajaan.

Jadi Israel kembali ke kampungnya, bukan mengambil tanahnya orang Palestina. Bukan. [rnw/hid/www.hidayatullah.com]

Kitab Khusus Dewasa


Kebanyakan orang tentu mengetahui makna dari pesan berikut ini : Untuk 17 Tahun Ke atas.

yang seringkali ditempel pada film-film yang hanya boleh ditonton bagi yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau sudah dewasa. Banyak alasan lembaga sensor film memberikan label tersebut, di antaranya adanya adegan dewasa.

Begitu juga dalam Alkitab, ternyata, ada cukup banyak ayat yang hanya pantas dibaca oleh orang-orang yang sudah berumur 17 tahun ke atas atau su-dah dewasa, alasannya, ayat-ayat tersebut dinilai dapat memberikan efek bio-logis dan psikologis pada orang-orang yang membacanya, maka perlu adanya seleksi pembaca yaitu 17 tahun ke atas atau sudah dewasa.

Karna alasan tersebut, ayat-ayat ini tidak pernah dibacakan dalam kebak-tian di gereja, tidak pernah dibacakan dihadapan sekumpulan orang, tidak pernah ditemui dalam kartu ucapan Natal atau kartu undangan perkawinan, dan tidak akan pernah ada orang Kristen baik pastor, pendeta atau orang-orang awam yang mau menghafalkan atau menjadikan dalil. Padahal ayat-ayat tersebut diklaim sebagai ayat-ayat suci bagian dari sebuah kitab suci.

Bagi orang tua yang mengetahui ayat-ayat tersebut, tentu akan menyem-bunyikan rapat-rapat dari jangkauan anak-anak, agar jangan sampai mereka membacanya, kekuatiran ini sangat beralasan karena adanya efek biologis dan psikologis pada anak, yang dapat menyebabkan kedewasaan dini.

Mari kita lihat ayat-ayat tersebut mengapa bisa demikian ?, dan untuk adik-adik di bawah 17 tahun sebaiknya tidak membaca artikel ini.

Kitab Kidung Agung

Kiranya ia mencium aku dengan kecupan!
Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur1 KA 1:2

Tangan kirinya ada di bawah kepalaku,
Tangan kanannya memeluk aku. KA 2:6

Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu,3
Seperti dua anak rusa buah dadamu,
Seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput
Di tengah-tengah bunga bakung.5 KA 4:3,5

Pusarmu seperti cawan yang bulat,
Yang tak kekurangan anggur campur.
Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung.2
Seperti dua anak rusa buah dadamu,
Seperti anak kembar kijang.3 KA 7:2-3

Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan
Buah dadamu gugusannya.7
Aku ingin memanjat pohon korma itu dan
Memegang gugusan-gugusannya.
Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan
Nafas hidungmu seperti buah apel,8 KA 7:7-8


Ayat-ayat di atas terdapat dalam kitab yang dinamakan sebagai kitab Kidung Agung, kitab ini terdapat dalam Bible/Alkitab yaitu kitab ke-22, Ayat-ayat dalam Kidung Agung berbentuk syair atau puisi yang di atas namakan buatan raja Solomon. Namun penisbahan ini sama sekali tidak tepat, karena orang-orang Yahudi sama sekali tidak mengetahui siapa penulis kitab ini dan untuk apa kitab ini ditulis. Kitab Kidung Agung adalah kitab yang memuja cinta demi cinta dan untuk cinta.

Dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Lama yang diter-bitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia halaman 502, disebutkan, kitab Kidung Agung ini sangat diragukan sebagai kitab suci dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan sejarah suci, hukum-hukum atau nabi-nabi. orang-orang Yahudi sendiri sangat ragu-ragu memasukkan kitab ini sebagai kitab suci. Namun umat Kristiani secara bulat menerima Kidung Agung sebagai kitab suci.

Ayat-ayat tersebut dilihat dari teksnya, berisi puisi-puisi cinta yang penuh gairah, yang tentu tidak pantas untuk dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun ke bawah dan sangat tidak mungkin diba-cakan dalam gereja yang jemaatnya terdiri dari laki-laki dan perempuan, siapapun dapat menerka apa yang terjadi bila ayat-ayat tersebut dibacakan di dalam kebaktian di dalam gereja.

Bahkan Biarawan Spanyol Fray Luis de Leon, dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1562 oleh lembaga inkuisi karena menyusun sebuah terjemahan Kidung Agung yang asli dari kitab berba-hasa Ibrani, tentu saja karena isinya terlalu vulgar. Ayat-ayat yang saya kutipkan di atas adalah dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tahun 2004 yang isinya sudah diperhalus yang disesuaikan dengan adat ketimuran.

Ayat-ayat yang sudah diperhalus tersebut, masih saja terasa vulgar, bagaimana jika ayat-ayat tersebut diterjemahkan apa adanya seperti bahasa aslinya ? tentu jauh lebih vulgar dan lebih membangkitakan gairah. Semestinya, kalau ayat-ayat itu diklaim sebagai ayat-ayat suci, maka tidak diperlukan lagi usaha untuk memperhalus bahasanya, biarkan saja seperti aslinya. Bukankah ayat-ayat suci itu firman Tuhan, bukankah firman Tuhan akan hilang kesuciannya kalau ayat-ayat tersebut dirubah-rubah, ditambah, dikurangi atau direvisi. ?????

Pertanyaannya, apakah pantas ayat-ayat ter-sebut yang membangkitkan gairah dan fantasi dimasukkan sebagai ayat-ayat suci ?, Hikmah apa yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut ??

KITAB YEHEZKIEL

Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir.19
Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda.10
Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.21
Yehezkiel 23:19-21

Kisah tersebut di atas terdapat dalam Perjanjian lama yaitu kitab ke-26 dalam Alkitab. Semua ayat dalam kitab tersebut, di klaim sebagai ajaran seseorang yang bernama Yehezkiel, menurut iman Kristiani Yehezkiel adalah seorang nabi yang hidup pada tahun 593 SM. Ajaran-ajaran Yehezkiel dibukukan dalam sebuah kitab yang kemudian diberi nama sesuai dengan namanya sendiri.

Sekarang mari kita kembali kepada teks ayat di atas. Kalau kita amati, ternyata isinya jauh lebih vulgar dari ayat-ayat dalam kitab Kidung Agung, bahkan ada kecondongan kasar dan sangat tidak pantas bagi bahasa ketimuran.

Kalimat ?zakarnya seperti zakar kuda? dan ?meme-gang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu? betul-betuli sulit diterima akal bila dima-sukkan dalam ayat-ayat suci, kata-kata dalam ka-limat itu lebih condong atau lebih tepat disebut se-bagai untaian kata-kata sensual dan erotis bahkan menurut adat ketimuran, bila ada seseorang yang mengatakan seperti kata-kata itu, maka masyara-kat akan mengatakan dia berkata-kata kotor.

Ayat-ayat yang saya contohkan di atas ada-lah ayat-ayat yang saya ambil dari Alkitab yang dikeluarkan oleh LAI tahun 2004, ayat-ayat terse-but sudah mengalami revisi yang cukup banyak guna menghilangkan kesan sensual, erotis dan ko-tor. Padahal kalau ayat-ayat tersebut diklaim sebagai ayat-ayat suci firman Tuhan, untuk apa lagi harus dirubah-rubah, bukankah Tuhan jauh lebih sempurna dalam memilihkan kalimat dari pada manusia ?

Mari kita lihat ayat-ayat tersebut pada Alki-tab terbitan LAI tahun 1970,

Dan melampiaskan hasratnja dengan petjinta mereka, jang pelirnja seperti pelir keledai dan jang pantjarannja laksana pantjaran kuda djantan.20 Yehezkiel 23:20

Kalimat yang bergaris bawah pada ayat tersebut yaitu pelirnya seperti pelir keledai telah diperhalus menjadi auratnya seperti aurat keledai pada Alkitab terbitan LAI 2004, padahal kata pelir dan aurat memiliki arti yang sangat berbeda, tentu saja pe-rubahan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesan kasar dan kotor, tetapi perubahan tersebut memberikan efek perubahan makna. Dan ini melanggar larangan yang terdapat dalam Alkitab :

Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu laku-kan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya. Ulangan 12:32

Kalau ayat-ayat itu adalah firman Tuhan, untuk apalagi harus dirubah-rubah, apakah manusia lebih sempurna dari Tuhan dalam hal bertata-ba-hasa ?, tetapi kalau itu firman Tuhan mengapa kalimatnya sangat mengganggu norma-norma ketimuran, apakah Tuhan tidak tahu bahwa firmannya tidak cocok untuk orang timur, pasti tidak mungkin, karena Tuhan Maha Mengetahui. Bahkan di baratpun ayat-ayat tersebut juga mendapat kritikan karena dinilai tidak pantas untuk dipublikasikan.

Para penginjil Bandung sangat risih dengan ayat-ayat yang demikian, sehingga perlu merevisi ayat-ayat tersebut agar layak untuk dibaca, hasil-nya sebagai berikut :

Tetapi bagi dia sendiri hal itu tidak seberapa, ia malah melakukan persundalan yang lebih menjijikkan lagi dengan mengenang masa mudanya, ketika ia bersundal di Mesir dengan orang-orang yang besar hawa nafsunya.20
Demikian engkau merindukan kehidupan masa lalumu, masa engkau masih gadis, ketika engkau menyerahkan tubuhmu kepada orang-orang di Mesir.21
Yehezkiel 23:20-21, Penerbit Kalam Hidup Bandung

Hasil revisi tersebut cukup mengagumkan, sopan, halus dan lembut, cukup seimbang dengan nilai-nilai ketimuran. Namun sayang, sebagus apa-pun yang namanya merevisi firman Tuhan maka hasil yang didapat adalah bukan ayat yang asli lagi. Dan bagi pemeluk agama Kristen Bandung, harus rela dengan hilangnya ayat tersebut.

Ayat - ayat Yang Lain

Ayat-ayat berikut serupa bahasanya :

Kejadian 19:30-36 : Perzinahan ayah - anak
Kejadian 35:22 : Perzinahan ibu - anak
Kejadian 38:15-30 : Perzinahan ayah-menantu
2 Samuel 13:5-14 : Perzinahan kakak-adik
2 Samuel 16:21-23 : Anak memperkosa Ibu
Yehezkiel 16:23-24 : Pelacur tak pernah puas
Amsal 7:7-22 : Istri berselingkuh
Hakim-hakim 16:1 : Berzinah dengan sundal

Komenter - komentar dari Pihak Kristen Sendiri

George Bernard Shaw
Budayawan dan Kritikus Kaliber International dan pemenang Nobel tahun 1925, dia berpendapat :
?Alkitab adalah kitab yang paling berbahaya di muka bumi, simpanlah kitab ini di laci dan kuncilah?

The Plain Truth, Oktober 1977
?Membacakan cerita-cerita dari Injil kepada anak-anak bisa membuka kesempatan untuk mendiskusikan moral seks. Kitab Injil yang belum dibersihkan pasti mendapat rating X dari badan sensor?

Majalah Time 31 Maret 2001
?Alkitab merupakan kitab orang dewasa yang penuh sekali dengan erotisme?

Romo Don Bruno Maggioni
?Alkitab adalah sebuah karangan untuk orang dewasa. Bukan hanya karena-halaman seksualnya tetapi karena jenis masalah yang muncul di seputar seks manusia?


AL-QUR?AN LEMBUT DAN SANTUN

Penggambaran Cinta
Al-Qur?an memberikan gambaran cinta dan kasih dengan bahasa yang indah, santun dan mudah dimengerti makna dan hikmanya :

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, QS. 56:35-37

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan Sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. QS. 30:21

Ayat QS. 30:21 seringkali dicantumkan dalam kartu undangan pernikahan, tanpa tafsiran, hal ini menunjukkan ayat ini indah, sopan dan mudah dimengerti. Bandingkan dengan ayat-ayat dalam Kidung Agung, cari kartu undangan perkawinan orang Kristen yang memuat ayat ini, pasti tidak ada, karena akan dinilai tidak sopan, vulgar dan tidak ada makna apa-apa yang dapat diambil dari ayat-ayat Kidung Agung.

Penggambaran Hubungan suami-Istri
Al-Qur?an telah mengatur kehidupan suami istri dengan bahasa yang mudah, lembut, santun dan indah, walaupun tanpa kevulgaran namun sangat mudah untuk dipahami maksudnya :

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintakan Allah kepadamu?. QS. 2:222

Allah SWT memilihkan kata mendekati dan mencampuri untuk mewakili kata berhubungan badan, siapapun dapat mengerti maksud ayat tersebut dan mengambil pelajarannya, mudah, lembut, santun, indah dan tidak vulgar. Mari kita lihat lagi firman Allah SWT yang menggambarkan kebolehan menggunakan metode apa saja untuk hubungan suami istri :

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki?.. QS. 2:223

Sebuah kalimat yang lembut dan santun, memberikan gambaran yang indah, yang sangat menghargai wanita dan laki-laki, yang wanita merasa seperti sawah yang memberikan manfaat bagi kehidupan, dan yang laki-laki merasa mempunyai kebebasan yang luas untuk bercocok tanam. Tidak ada keharmonisan yang seindah keharmonisan antara petani dengan sawahnya. Begitulah firman Allah SWT mengalir begitu indah bersama hikmahnya, tidak ada satu katapun yang tidak mempunyai arti.

Sekarang bandingkan dengan ayat-ayat dalam Kidung Agung dan Yeheskiel 23:19-21, apakah ada hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut ?, dan bagaimana dengan cara penyajian bahasanya ? indah ? lembut ? atau vulgar dan kasar ?.

Sampai di sini uraian kami, semoga bermanfaat bagi kita dan keluarga kita, amin.

Sumber : Buletin al-islah edisi 24

Jadwal sholat