Rabu, Maret 04, 2009

Kata "Insya Allah" pada al-Qur'an dan Bibel

Meski usang, buku tulisan Ev Jansen Litik masih jadi primadona. Padahal, buku berjudul Lima Alasan Pokok Tentang ini al-Qur'an Yang Menyebabkan Kami Meninggalkan Islam dan Beralih Menjadi Pemeluk Kristen ini, tidak ilmiah dan banyak mengandung kesalahan.

Kesalahan ini membuahkan kesimpulan yang juga salah. Contohnya, terlihat pada kalimat penutup, "al-Qur'an itu bukan wahyu Allah, melainkan hanya satu Kitab Insani yang isinya kurang lebih 75% hasil jiplakan yang lihai dari isi Alkitab ditambah kurang lebih 25% hasil buah fikiran, imajinasi, rekaan, kreasi dari Muhammad dan kawan - kawannya yang menulis al-Qur'an itu dengan diberi selimut kamuflase seolah-olah sebagai 100% Wahyu Allah", (hlm 39).

Jika 75% al-Qur'an itu menjiplak Bibel, berarti ada 5.000 ayat al-Qur'an yang isinya sama dengan Bibel. Dapatkan Litik membuktikan 5000 ayat al-Qur'an yang dituduh menjiplak Bibel? Kesimpulan Litik sangat tak berdasar.

Memang ada persamaan antara al-Qur'an dengan kitab-kitab sebelumnya. Tapi, dalam banyak ayat, al-Qur'an justru melakukan penghapusan (nasikh), pengujian (muhaiminan alaih) dan pembetulan/koreksi (mushaddiq) terhadap kitab-kitab terdahulu, termasuk pada Bibel.

Sebagai mushaddiq (to correct), al-Qur'an mengoreksi ayat-ayat yang sudah menyimpang. Contoh koreksi al-Qur'an terhadap beberapa ayat Bibel. Kitab Roma 10:9 yang menyatakan, Allah membangkitkan Yesus sebagai Tuhan. Ayat ini dikoreksi karena bertentangan dengan Atuhid (QS al-Ma'idah 72-73). Taurat dalam Bibel mengisahkan, Nabi Luth sebagai ayah bejat yang menghamili kedua puteri kandungnya(Kitab Kejadian 19:30-38), dikoreksi al-Qur'an bahwa Nabi Luth adalah Nabi Allah yang saleh dan mulia derajatnya (QS al-An-am 86, al-Anbiyaa 74-75, Luth 133).

Ayat Bibel yang mengisahkan, Nabi Daud berzina dengan isteri orang (II Samuel 11:1-27) dan Nabi Sulaiman yang dikisahkan, sebagai lelaki yang rakus wanita. Keduanya diralat al-Qur'an dalam surat Shaad 30. Taurat dalam Bibel mengisahkan, Nabi Nuh pernah minum anggur sampai teler dan telanjang bugil (Kitab Kejadian 9:18-27), dikoreksi oleh al-Qur'an dalam surat Ali Imran 33 dan Al-Israa 3.

Ayat-ayat Bibel juga menulis sebagai berikut : Tuhan kelihatan kaki-Nya (Keluaran 24:10), Tuhan kelihatn punggung-Nya (Keluaran 33:23), Tuhan mengerang kesakitan seperti perempuan hamil (Yesaya 42:14), Tuhan pelupa sehingga tidak ingat alas kaki-Nya ketika marah (atapan Yeremia 2:1), Tuhan seperti orang teler yang siuman dari mabok anggur (Mazmur 78:65), dan lain-lain.

Ayat - ayat Bibel yang melecehkan Tuhan ini tak mungkin dibenarkan. "Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah), Dan Allah maha Mendengan lagi Maha Melihat," (QS as-Syura 11). "Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Allah)," (QS al-Ikhlas:4).

Menurut Litik, salah satu alasan umat Islam murtad, karena ajaran "insya Allah" dalam Islam tidak relevan. Litik merasa alergi terhadap ucapan "insya Allah" yang diucapkan umat Islam terhadap sesuatu yang belum terjadi.

Setelah risih dengan ucapan "insya Allah", Litik menyimpulkan, surganya umat Islam belum pasti, karena masih pakai Insya Allah. Puncaknya, dengan takabur Litik membanggakan kekristenannya dengan mengatakan, Orng kristen pasti masuk surga, tak perlu pakai insya Allah lagi. Karena Yesus sudah menjamin keselamatan surgawi.

Kenapa Litik alergi terhadap kata "insya Allah" dan takabur, pasti masuk surga?. Bukankah Bibel menceritakan, pada hari kiamat banyak orang Kristen yang akan berkata pada Yesus "Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu dan mengadakan banyak mukjizat demi namamu juga?" Saat itu dengan marah, Yesus mengusir mereka, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23). Mungkinkah Litik lupa, belum membaca, atau belum memahami Injil Matius ini?

Umat Islam, berkata "insya Allah" terhadap jaminan masuk surga, bukan karena ragu. Tapi, karena Allah mengajarkan, untuk hal-hal yang belum terjadi, tak boleh mengatakan pasti, tapi katakanlah insya Allah. "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengajarkan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut):Insya Allah," (QS al-Kahfi 23-24).

Ucapan "insya Allah" ini, sebagai ungkapan Iman bahwa Allah adalah penentu segala sesuatu. Meski Allah menjamin masuk surga (QS an-Nisa 124, an-Nahl 31, al-Mukmin 40, dan lainnya), tapi umat Islam harus bersikap rendah diri di hadapan Allah dengan mengatakan "insya Allah".

Seharusnya Litik tak perlu alergi terhadap kata "insya Allah", jika ia memahami kitab suci agamanya. Bukankah dalam Bibel masih ada ayat yang memerintahkan berucap "insya Allah" terhadap hal-hal yang belum terjadi? "Hai kamu yang berkta,'Bahwa hari ini atau besoknya biarlah kita pergi ke negeri anu serta manahun disitu, dan berniaga dan mencari laba,' padahalnya kamu tiada mengetahui apa yang akan jadi besoknya. Bagaimanakah hidupmu itu? Karena kamu hanya suatu uap, yang kelihatan seketika sahaja lamanya, lalu lenyap. Melainkan patutlah kamu berkata Insya Allah kita kita akan hidup membuat ini atau itu" (Yakobus 4:13-15, Alkitab terbitan tahun 1960).

Dalam Alkitab cetakan sekarang, kata "Insya Allah" dalam ayat tersebut diganti menjadi "jika Tuhan meghendakinya" .Meski demikian, artinya tetap sama.

Evangelis Jansen Litik dan pengikutnya harus bertaubat, karena menurut Alkitab sendiri (Yakobus 4:16-17), ini adalah suatu kecongkakan yang masuk dalam kategori perbuatan dosa. Jadi meyakini dirinya pasti masuk surga adalah perbuatan dosa. (fakta/sabili)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Jadwal sholat