MALAM YANG KE
DOSA – WARIS
B: Saya ingin menerima penjelasan dari Bapak Kyai tentang kepercayaan kepada dosa waris yang disebabkan karena dosanya Adam dan Hawa.
A: Baiklah, saya akan berikan jawabannya, tetapi sebelumnya saya ajukan pertanyaan : Betulkah menurut kepercayaan Kristen bahwa anak cucu Adam dan Hawa dari sejak dilahirkan sudah membawa dosa.
B: Betul begitu, karena Adam dan Hawa berdosa, maka anak cucunya menerima warisan dosa dari keduanya.
A: Mengapa dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada cucunya, mestinya setiap manusia dosanya dari perbuatannya sendiri, bukan memikul dosanya orang lain.
B: Tetapi menurut ajaran Kristen, setiap manusia sejak waktu dilahirkan sudah memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari dosanya Adam dan Hawa. Oleh karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus dosa-dosa manusia dari warisan Adam dan Hawa tersebut.
A: Kalau keterangan Saudara benar pada ajaran Kristen, silahkan Saudara periksa kitab “Nabi Jehezkil” pasal 18 ayat 20.
B: Pasal dan ayat tersebut menyebutkan : “Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati, maka anak akan tiada menanggung kesalahan bapaknya, dan bapaknya tiada akan menanggung kesalaham anak-anaknya, kebenaran orang yang benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasikpun akan tergantung atasnya”.
A: Jelas di Bijbel sendiri menyebutkan bahwa setiap manusia akan menanggung sendiri perbuatan baik maupun buruk, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain. Berdasarkan pada ayat tersebut maka dosa adam dan Hawa harus ditanggung sendiri oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa Adam dan Hawa harus diwariskan atas anak cucunya, sehingga anak cucunya ikut serta menanggung dosanya.
Padahal kitab Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa setiap perbuatan baik atau buruk yang dikerjakan oleh seseorang tidak dapat dibebankan atas orang lain. Baiklah, saya teruskan pertanyaan saya pada Saudara, sejak umur berapa Saudara di baptis.
B: Kata orang tua saya, sejak berumur tiga bulan di bawa ke Gereja dan di sana di baptis, oleh karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah membawa dosanya adam dan Hawa yang di sebut dosa waris. Jadi sejak bayipun sudah membawa dosa, oleh karenanya saya di baptis waktu masih kecil.
A: Apakah perbuatan demikian itu berdasarkan kitab Bijbel.
B: Saya berkeyakinan demikian.
A: Silahkan periksa di “Matius” pasal 19 ayat14.
B: Di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Tetapi kata Yesus : “Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarang mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya Kerajaan Surga”
A: Nah, perhatikanlah, di ayat itu nyata-nyata Yesus sendiri yang berkata, ia mengakui kesuciannya kanak-kanak. Sedang mereka belum mengakui kesalibannya Yesus dan juga belum dibaptiskan, tetapi mempunyai Kerajaan Surga. Jadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri bahwa kanak-kanak itu tidak membawa dosa waris dari Adam dan Hawa, oleh karena itulah Yesus berkata : mereka adalah suci dari dosa dengan sendirinya masuk Surga.
Saya ingin bertanya lagi : Saudara waktu berumur tiga bulan itu sudah membawa dosakah atau belum.
B: Kalau berdasarkan perkataan Yesus yang Bapak katakan tadi, tentu tidak.
A: Jadi masih suci dari dosa walaupun tanpa dibaptiskan.
B: Ya, betul demikian.
A: Kalau begitu apakah gunanya Saudara di baptis pada waktu umur tiga bulan itu.
B: Waktu umur tiga bulan tentu saya tidak tahu apa-apa.
A: Saya bertanya sekarang, bukan bertanya kepada Saudara di waktu Saudara berumur tiga bulan. Jadi apakah sekarang Saudara sudah menyadari tentang tidak adanya dosa waris.
B: Seperti yang Bapak terangkan tadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri tentu saya menyadarinya. Karena Yesus sendiri yang mengatakan bahwa anak-anak itu suci pada waktu dilahirkan.
A: Nah, bagaimanakah sekarang masih adakah pandangan Saudara terhadap dosa waris.
B: Tentu saya harus menyadari berdasarkan perkataan Yesus sendiri bahwa anak-anak yang baru dilahirkan itu suci tidak membawa dosa waris sedikitpun.
A: Tidak membawa dosa waris yang bagaimana.
B: Ya, tidak membawa warisan dosa dari adam dan Hawa.
A: Kalau begitu Saudara telah mengakui bahwa dosa waris itu tidak ada.
B: Ya, demikianlah harus saya akui berdasarkan Kitab Bijbel sendiri.
A: Syukur Saudara telah mengakui tidak adanya dosa waris, dan kalau dosa waris itu turun-temurun maka anak yang baru lahir yang belum tahu apa-apa, belum bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi itu mati ia membawa dosa dan masuk neraka. Adilkah bayi itu yang tidak kenal baik dan buruk itu dimasukkan neraka, dan dimanakah letaknya keadilan Tuhan kalau demikian.
B: Ya, saya bisa terima keterangan Bapak.
A: Nah, coba pikirkan dengan penuh kesadaran.
Kalau ada seorang tua dari beberapa orang anak dan orang tua itu menjadi penipu, pencuri, penghianat, berbuat aniaya, kejam dan bermacam-macam dosa ia kerjakan, lalu ia di hukum masuk penjara, apakah anak-anaknya juga diharuskan menanggung dosa orang tuanya, lalu anak-anak itu harus di hukum juga masuk penjara dengan alasan dosa waris.
Apakah pengadilan semacam itu akan dikatakan penegak keadilan.
B: Terima kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa itu tidak bisa diwariskan atau dioverkan kepada orang lain.
A: Syukur kalau begitu.
B: Akan tetapi kalau dosa itu tidak bisa diwariskan mestinya pahala juga tidak diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran agama Islam dalam hal itu.
A: Tidak bisa, malah tidak boleh; baik pahala maupun dosa dioperkan pada orang lain.
B: Jawaban "tidak boleh" itu apakah menurut pendapat bapak sendirikah atau menurut ajaran Islam.
A: Menurut ajaran Islam, pahala seseorang tidak boleh diwariskan atau dioper kepada orang lain, begitu juga dosanya seseorang tidak boleh diwariskan kepada orang lain. Setiap orang menanggung sendiri pahala dan dosanya atas perbuatannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.