A : Saya sudah jelaskan tentang itu pada Saudara dalam pembicaraan kita yang lalu. Dan Saudara telah mengakui kebenaran keterangan saya. Sekarang saya tambah . “Kalau Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa manusia seperti Yesus atau lainnya, maka ke Esaan Tuhan sudah ternoda karenanya. Sedang kita pun tidak mungkin menodai ke Esa-an Tuhan.
B : Tetapi dalam kitab “Wahyu” pasal 22 ayat 13 menyebutkan : “Maka aAku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian. Yang Awal dan Yang Akhir”.
A : Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri, melainkan firman allah kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya ini silahkan Saudara periksa di Kitab Wahyu tersebut pasal 21 ayat 6.
B : Baik. Pasal dan ayat ini menyebutkan : “Maka firmannya kepadaku :”Sudahlah genap Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang Awal dan Yang Akhir”.
A : Jelas di ayat ini menyebutkan :”maka firmannya kepadaku”. Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini ?.
B : Tentu Allah yang berfirman.
A : Jadi yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya, YANG Awal dan Yang Akhir, bukan perkataan Yesus sendiri tetapi firman Allah kepada Yesus.
B : Di “Johanes” pasal 8 ayat 58 Yesus berkata : “Sebelumnya Ibrahim, Aku sudah ada “ Jadi bisa dianggap Yesus itu permulaan.
A : Kalau Yesus dikatakan “permulaan”, maka diapun tidak benar. Karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maryam dan sesudah itu Yesus mati. Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang sudah mati itu tidak bisa dikatakan :”permulaan”. Jadi terang atau jelas bahwa Yesus itu bukan :”permulaan” bukan pula”yang terkemudian”, bukan “Yang Awal” maupun : Yang Akhir”
B : Saya lantas makin tidak menegerti, malah tambah membingungkan saya karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maryam dan sesudah itu Yesus itu mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa di sebut “permulaan”. Kalau Yesus diperanakkan, mustahil bisa disebut “permulaan”. Dan kalau Yesus pernah mati, mustahil juga bisa di sebut “yang terkemudian”
A : Supaya lebih jelas kepada Saudara maka saya hadapkan pertanyaan : Andaikan Yesus itu di sebut “permulaan”, maka dengan dasar inikah Saudara mengakui Yesus sebagai Tuhan?
B : Ya, betul begitu.
A : Kalau demikian, anggapan Saudara, kalau sekiranya dalam kitab suci saudara ada menyebutkan bahwa ada seseorang manusia yang tidak permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Apakah manusia itu akan diakui Tuhan juga oleh Saudara.
B : Di pasal manakah menyebutkan demikian.
A : Sebelum saya unjukkan, apakah Saudara masih tetap berpendirian mengakui Tuhan kepada seorang yang tidak ada permulaan dan kesudahannya, sebagaimana Saudara ber-Tuhan kepada Yesus ?
B : Kalau betul ada, tentunya saya bimbang atau sekurang-kurangnya meragukan saya atas kebenaran Yesus selaku Tuhan.
A : Mestinya Saudara mengakui Tuhan kedua-duanya. Dengan lain kata disamping Yesus ada lagi Tuhan tambahan.
B : Ya, bisa juga begitu. Akan tetapi tentu saja keyakinan saya lantas tambah tidak karuan. Di pasal manakah ada menyebutkan ada seorang manusia yang tidak ada permulaan dan kesudahannya.
A : Saya telah katakan di kitab suci Saudara sendiri. Silahkan buka “Ibrani” pasal 7 ayat 2 dan 3.
B : Baik, seperti tadi telah kita baca sampai baris pertama ayat ketiga dari pasal tersebut sebagai berikut : “Malki Sedik yang tiada berbapa dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal dan berkesudahan hidupnya, melainkan ia diserupakan Anak Allah, maka kekallah ia selama-lamanya”.
A : Bagaimana perasaan Saudara dengan susunan ayat ini. Berdasarkan ayat ini bukan Yesus saja yang menjadi “permulaan” tetapi juga Malki Sedik.
B : Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap ke Tuhanan Yesus.
A : Bimbang atau tidaknya terserah Saudara, yang jelas tidak ada niat sama sekali untuk mengajak Saudara meninggalkan agama Kristen. Yang penting adalah rembukan dan penelitian semata-mata. Meneliti dan menganalisa terhadap sesuatu adalah hak semua orang asalkan penelitian itu benar-benar tidak mengganggu ketenteraman umum.
B : Terima kasih. Dan saya masih akan bertanya lagi pada Bapak, maklumlah saya ini sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan keyakinan saya dalam memeluk agama.
A : Silahkan Saudara bertanya. Keyakinan itu timbul setelah menyelidiki dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam agama Islam tidak ada paksaan. Yang penting adalah menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu. Teruskanlah pertanyaan Saudara.
B : Setelah kita bersoal jawab tentang ke Tuhanan Yesus timbullah keraguan dalam hati saya, namun apakah Bapak masih bersedia menunjukkan ayat-ayat Bijbel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan.
A : Walau telah saya unjukkan ayat-ayat Bijbel sendiri, tentang penngakuan Yesus sendiri bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi pengharapan saudara akan saya penuhi juga. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya dilanjutkan besok malam saja oleh karena waktu sudah malam (jam 24.25).
B : Ya, terima kasih, besok malam saja kita lanjutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.