B: Ya, saya mengakui memang tidak cocok.
A: Saya lanjutkan , Silahkan periksa lagi di kitab : “Kejadian” pasal 32 ayat 30.
B: Ya , disini menyebutkan : “Maka dinamai oleh Yakub akan tempat itu Penyel karena katanya :”Sudah kulihat Allah muka dengan muka , maka nyataku selamatlah”.
A: Perhatikan : di satu ayat menyebutkan, tidak seorangpun melihat Tuhan, melainkan Yesus. Di ayat yang lain menyebutkan bahwa Ibrahim melihat Tuhan. Di ayat yang lain lagi ada menyebutkan Yakub melihat Tuhan, malah bertemu muka dengan muka. Yang manakah yang benar diantara tiga ayat tersebut ? Mustahillah benar semuanya, karena jelas sekali susunan ayatnya yang nyata-nyata mengandung ayat-ayat yang berselisih antara yang baru dengan yang lain. Kalau di katakan salah satu dari ayat pada ayat-ayat itu yang benar, maka yang dua ayat tentunya salah semuanya. Pantaskah suatu kiab suci mengandung ayat yang salah ?
Dan kalau di katakan salah semuanya maka apakah kitab itu dapat dipertahankan kesuciannya, kalau ayat-ayatnya terdapat berlawanan.
B: Ya, saya mengakui ayat-ayat tersebut tidak cocok antara yang satu dengan yanng lain.
A: Pengakuan Saudara itu memang penting, tetapi lebih utama kalau diikuti dengan kesadaran.
B: Saya harap unjukkan lagi ayat-ayat di kitab Injil yang berselisih.
A: Baiklah, silahkan periksa di kitab “Semuil” yang ke dua pasal 8 ayat 9, 10”
B: Di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Bermula maka setelah kedengaranlah kabar kepada Toi, Raja Hamat mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap bala tentara Hadar Ezar, disuruhkan Toi akan Yoram anaknya menghadap Raja daud akan bertanyakan selamat baginda dan menyampaikan berkat selamat kepada baginda…………”
A: Cukup di baca sampai di situ duli !. Bagaimana menurut pendapat Saudara maksud ayat itu. Siapakah nama raja Hamat ?
B: Menurut ayat ini raja Hamat bernama Toi.
A: Sekarang silahkan periksa kitab : “Tawarich yang pertama” pasal 18 ayat 9.
B: Disini menyebutkan : “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada Tohu , raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap bala tentara Hada Ezar raja Zaba itu”.
A: Di ayat ini, siapakah nama raja Hamat ?
B: Menurut ayat ini, nama raja Hamat ialah : “Tohu”
A: Nah, perhatikan : di satu ayat menyebutkan nama raja Hamat ialah “Toi” sedang di ayat lain menyebutkan “Tohu”. Yang manakah namanya yang benar Tohu kah atau Toi ?
B: Ya, namanya memang berselisih. Akan tetapi hanya selisih tentang nama saja. Jadi hanya perselisihan yang kecil saja.
A: Kalau kesalahan dari manusia biasa , tentu kita tidak keberatan , akan tetapi ini adalah kesalahan “Wahyu” atau Ilham “.
B: Betul juga pendapat Bapak. Ini adalah kesalahan wahyu atau Ilham . Mustahil wahyu dan Ilham dari Tuhan terdapat kesalahan walaupun kesalahan yang sedikit dan sekecil-kecilnya.
A: Bukan itu saja . Silahkan Saudara periksa lagi kitab “Semui” pasal 8 ayat 9 dan 10.
B: Di sini menyebutkan : “ Bermula , maka setelah kedengaran kabar kepada Toi raja Hamat , mengatakan sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar di suruhkan Toi akan Yaram anaknya menghadap Raja Daud……..”
A: Cukup di baca sampai di situ dulu , Di ayat itu ada tersebut seorang bernama “Yaram”; siapakah Yaram menurut ayat tersebut ?
B: Menurut ayat tersebut “Yaram” itu anaknya Toi raja Hamat.
A: Betul , sekarang lanjutkan periksa di kitab “ Tawarich yang pertama pasal 18 ayat 9 dan 10.
B: Di sini ada menyebutkan : “Hatta, apabila kedengaranlah kabar kepada Tohu.raja Hamat , mengatakan Daut sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezer raja Zoba itu”. Disuruhnyalah Hadoram, puteranya , pergi menghadap baginda Raja Daud…….”.
A: Cukup di baca sampai di situ . Di ayat itu ada di sebutkan seseorang yang bernama Hadoram”. Siapakah Hadoram itu menurut susunan ayat tersebut ?
B: Menurut susunan ayat tersebu orangt yang bernama Hadoram itu adalah anak Tohu raja Hamat.
A: Buktikan, di satu ayat menyebutkan bahwa Yoram itu anaknya Toi. Sedangkan di ayat lain menyebutkan anaknya Toi itu bukan Yoram melainkan Hadoram.
B: Saya tidak tahu.
A: Saya bertanya bukan tentang tahu atau tidaknya, melainkan tentang kebenarannya di dua ayat itu.
B: Saya tidak tahu yang mana yang benar !
A: Bukan Saudara saja yang tidak mengetahui kebenarannya, malah yang menulis ayat inipun tidak bisa menunjukkan yang tepat tentang kebenarannya nama anaknya Toi itu : padahal yang dinamakan kitab suci pasti benar isinya, bersih dari segala macam kesalahan, sampai kepada kesalahan yang sekecil-kecilnya, sesuai dengan pengakuan Saudara tadi !
B: Mestinya begitu.
A: Tetapi kenyataannya tidak begitu. Buktinya silahkan Saudara periksa lagi di kitab “Samuel ke dua” pasal 1 ayat 8.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Maka dari dalam “Betach dan dari dalam “Berotai” dua buah negeri Hadar Ezar diambil Raja Daud akan banyak tembaga”
A: Bagaimanakah maksud ayat ini menurut tafsiran Saudara ?
B: Maksudnya ialah Raja Daud mengambil banyak tembaga dari dua tempat bernama “Betach” dan “Berotai”.
A: Silahkan periksa di kitab “Tawarich yang pertama” pasal 18 ayat 8 !
B: Baik, di sini ada menyebutkan : “Maka dari dalam Tibach dan ari dalam Chun, negeri Hadar Ezar itu di ambil Daud banyak tembaga”.
A: Buktikan disatu ayat menyebutkan dua tempat yang di ambil tembaganya oleh Daud ialah “Betach” dan “Berotai”, sedang di ayat lain menyebutkan dua tempat itu ialah “Tibach” dan “Chun”.
Di dua ayat itu tempat manakah sebenarnya di ambil tembaganya oleh Daud. Kalau betul kitab Injil itu suci mestinya suci dari pada kesalahan dan perselisihan atau berlawanan tentang ayat-ayatnya.
B: Betul, dua ayat ini memang tidak cocok, yang satu dengan yang lain bertentangan.
A: Apakah Saudara sudah tidak memerlukan lagi ayat-ayat yang berlawanan dengan Bijbel ?
B: Saya merasa beruntung kalau Bapak masih bersedia menunjukkan. Maaf demi untuk meningkatkan kesadaran saya.
A: Baiklah saya ikuti kehendak Saudara. Silahka periksa lagi di kitab “Raja-Raja kedua” pasal 8 ayat 26.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik raja itu dua likue tahun, maka kerajaan ia di Yeruzalem setahun lamanya, adapun nama bunda baginda itu Atalia anak Omri raja orang Israil”.
A: Menurut susunan ayat ini, berapakah umur raja Ahazia pada waktu ia menjadi raja ?
B: Berdasarkan ayat ini di waktu umur 22 tahun.
A: Silahkan Saudara periksa lagi di kitab “Tawarich ke dua” pasal 22 ayat 2.
B: Dipasal an ayat ini menyebutkan : “Adapun umur Ahazia pada masa ia naik menjadi raja itu empat puluh dua tahun dan kerajaanlah ia di Yeruzalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda itu Atalia anak Omri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.