Minggu, Maret 08, 2009

DIALOG MASALAH KETUHANAN YESUS ( 19/28 )

A: Di Bijbel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan : “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada Saudara ?

B: Sudah cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya.

A: Minta yang mana lagi yang saudara maksudkan ?

B: Yang menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “bukan anak Tuhan”.

A: Baik ; akan saya penuhi harapan Saudara! silahkan Saudara periksa di “Matius” pasal 16 ayat 17 !.

B: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan : “Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan Malaikatnya: pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya”.

A: Di ayat ini ada menyebutkan “anak manusia”. Menurut tafsiran Saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini ?

B: Ya, tentu Yesus.

A: Jadi di kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia” bukan anak Tuhan. Betul atau tidak.

B: Ya, betul.

A: Nah, kalau betul, mengapa Saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan ?

B: Yesus itu Tuhan, tetapi diserupakan dengan manusia.

A: Kalau Yesus itu Tuhan. Mengapa diperakkan oleh manusia ( Maryam ) ?
Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia ( Maryam ). Terlalu janggal kalau manusia ( Maryam ) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin ( kerohanian ) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia ? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract ( Exstract abstract wetenschap ) menerimanya ?

B: Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.

A: Bukan itu saja, malah di kitab Injil Saudara, Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.

B: Betul, telah Bapak sebutkan. Tetapi saya minta diulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.

A: Silahkan periksa di “Yahya” pasal 5 ayat 30.

B: Di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Suatupun tiada Aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan Aku menjalankan hukum sebagai mana yang Aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya Aku mencari kehendak Diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan Aku”.

A: Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberi tahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendaknya, melainkan menurut kehendak Tuhan yang mengutus dia. Kalau Yesus itu Tuhan , maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh ( diutus ), menjadi utusan ?

B: Ya saya mengaku ; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.

A: Demi kepuasan Saudara silahan periksa lagi di “Yahya” pasal 3 ayat 13.

B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Seorangpun tidak naik ke sorga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia”.

A: Berdasarkan ayat-ayat Bijbel yang saya tunjukkan dan saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu maka sekali lagi saya bertanya : “anak manusiakah Yesus itu atau anak Tuhan ?”

B: Ya, berdasarkan ayat-ayattersebut saya berkata :”Yesus adalah naak manusia”.

A: Di ayat yang Saudara baca tadi, Matius pasal 16 ayat 27 selain menyebutkan bahwa Yesus itu sanak manusia , juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu ? Silahkan periksa kembali !

B: Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.

A: Menurut susunan ayat tersebut, jelas : “menolak adanya dosa waris”, berdasarkan ayat tersebut “Setiap orang akan di balas menurut perbuatannya masing-masing”, jadi tidak ada penebus dosa.

B: Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui “ tidak adanya dosa waris “.

A: Betul sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.

B: Sudah cuckup jelas keterangan Bapak.

A: Jelas bagaimana ?

B: Berdasarkan ayat-ayat di Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan Kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan pesuruh ( utusan ) Tuhan.

A: Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaiman kepercayaan Saudara sekarang terhadap “Trinitas” ( Tuhan Bapa, Ruhul Kudus dan Tuhan anak ) ?.

B: Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.

A: Alhamdulillah : Jadi Saudara mengakui bahwa Tuhan itu “TUNGGAL”.

B: Sebelum itu saya ingin menyampaian pertanyaan !

A: Baik, tetapi Saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan Saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa :

PERTAMA : Saudara telah membenarkan Kitab Suci Al Qur’an.
Beberapa ayat Al Qur’an yang Saudara kemukakan yang pada mulanya oleh Saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu Saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakekatnya tidak ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan Saudara ?

B: Ya, betul begitu.

A: KEDUA : Pada pertemuan yang lalu Saudara telah mengakui kebenaran Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah. Betulkah demikian ?

B: Ya, betul, saya telah mengakuinya !

A: KETIGA : Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di Kitab Injil ( Bijbel ) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lainnya sebagaimana telah saya unjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu. Benarkah pengakuan saudara itu ?

B: Ya ,saya mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya. Walau sebenarnya keterangan Bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada ayat-ayat yang yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.

A: Baiklah, saya penuhi pengharapan Saudara. Silahkan Saudara periksa kitab “Yahya” pasal 8 ayat 14.

B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu”.

A: Silahkan periksa ladi di “Yahya” pasal 5 ayat 31.

B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku, maka kesaksianku itu tidak benar”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Jadwal sholat