Minggu, Maret 08, 2009

DIALOG MASALAH KETUHANAN YESUS ( 5/28 )

B : Tunggu dulu Pak. Ini agak membingungkan saya.

A : Tentu akan lebih membingungkan Saudara kalau saya unjukkan ayat yang lain. Silahkan periksa “Yahya” pasal 17 ayat 3.

B : Baik. Disini menyebutkan “Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu”.

A : Di ayat ini menyebutkan Tuhan adalah Esa. Dalam kamus bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan ke II, disebutkan bahwa Esa itu berarti satu,pertama (tunggal), dan diayat itu juga disebutkan bahwa Yesus adalah Pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian manakah yang benar. Bijbel yang diakui Kitab Suci oleh Saudara , tetapi isinya bertentangan antara satu dengan yang lain. Disatu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjai satu, di lain ayat lima belas menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal , sedangkan di ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu Pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut pengakuan Saudara suatu Kitab Suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.

B : Masih adakah ayat yang menyebutkan demikian ?

A : Ayat yang bagaimana yang Saudara maksudkan ?

B : Ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), bukan tiga menjadi satu.

A : Silahkan buka di “Ulangan” pasal 4 ayat 35.

B : Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan : “Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya di ketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.

A : Jelas di dalam Bijbel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu Esa, Tunggal.

B : Tetapi itu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Apakah terdapat juga di Perjanjian Baru ?

A : Saudara minta di Perjajian Baru. Baiklah. Silahkan Saudara buka “Markus”, pasal 12 ayat 29.

B : Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan : “Maka jawab Yesus kepadanya : Hukum yang terutama ialah : Dengarlah olehmu hai Isra’il, adapun Allah Tuhan kita yang Esa”.

A : Periksa lagi di Perjanjian Lama di “Ulangan”, pasal 6 ayat 4.

B : Baik. Disini disebutkan : “Dengarlah olehmu hai Israil, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya”.

A : Apakah belum jelas bahwa Bijbel sendiri yang menjadi Kitab Sucinya orang Kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu Tunggal , bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga. Taruh kata ada di Bijbel yang menyebutkan Tuhan itu tiga menjadi satu, saya ingin bertanya yang manakah diantara kedua ayat itu yang benar. Yang Tunggalkah atau yang tiga menjadi Tunggal. Jadi salah satu dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar, karena sudah jelas dua ayat itu tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya salah, maka kandungan Kitab Suci itu ada yang salah :jadi bukan Kitab Suci namanya.

B : Betul, salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.

A : Kalau demikian apakah dapat diyakinkan kebenarannya suatu Kitab Suci, kalau Kitab Suci itu mengandung kesalahan atau tidak benar isinya.

B : Ya, yang di sebut Kitab Suci itu harus bersih dari kesalahan-kesalahan, kalau tidak demikian maka batallah kesucian Kitab itu.

A : Menurut kepercayaan Saudara apakah Yesus bersatu dengan Allah .

B : Ya, demikian.

A : Kalau demikian tentu Yesus adalah selalu bersama Allah dan Allah selalu bersama Yesus.

B : Betul demikian sebagaimana tersebut di dalam “Yahya” 10, 30 yang bunyinya sebagai berikut : “Aku dan Bapa itu satu adanya”. Demikian juga Rokh Suci sebab Rokh Suci itu menjadi satu dengan Yesus, sebagaimana tersebut dalam Injil ialah setelah Yesus berumur 30 tahun turun Rokh Suci kepadanya dan di baptiskan oleh pembabtis yaitu Yahya. Jadi jelas bahwa Yesus, Rokh Suci, Tuhan adalah Tunggal.

A : Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 27 ayat 46.

B : Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan : “Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya : “ Eli, Eli, lama sabaktani “, Artinya : Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku”.

A : Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas Yesus bahwa Yesus tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu akan disalibkan. Mestinya kalau Tuhan bersatu dengan Yesus, di saat itulah saat tepat menolong Yesus, tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong.

B : Tetapi Yesus sendiri hidupnya memang untuk disalib guna menebus dosa manusia.

A : Kalau hidupnya Yesus memang untuk di salib, mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak untuk di salib. Buktinya ia berseru dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari disalibkan. Dengan lain kata Yesus tidak bersedia selaku penebus dosa.

B : Betul,saya lantas tidak mengerti mengapa ayat-ayat Bijbel itu ada yang simpang siur.

A : Dari sebab itulah mengapa Saudara menyembah Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah minta tolong. Pantaskah ada Tuhan demikian. Dan saya lanjutkan bertanya apakah manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu di laknat ?

B : Pasti di laknat.

A : Mestinya tidak di laknat, malah Yesus harus berterima kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahwa mereka itu seharusnya mendapat ganjaran, oleh karena menurut keterangan Saudara hidupnya Yesus itu harus di salib untuk menebus dosa-dosa manusia yang bersedia menyalibkan Yesus maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi manusia-manusia yang telah menyalibkan Yesus itu berjasa kepada Yesus dan penganut-penganut Kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti berjasa itu malah di laknat. Mestinya mereka itu masuk sorga dan di puji-puji atas jasanya.

B : Ini memang tidak masuk di akal atau sekurang-kurangnya memang sulit dimengerti, akan tetapi Rokh Tuhan bersatu dengan Yesus itu tidak mustahil.sebagaimana banyak manusia yang kesurupan hantu, jin, malaikat atau makhluk-makhluk halus lainnya,sehingga tindakan-tindakannya dan perbuatannya menurut kehendak makhluk halus tersebut. Demikian juga ada yang kemasukan Rokh Suci seperti Rokh Malaikat, sehingga tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah suci.

A : Kalau demikian baiklah saya bikin pertanyaan ; manusia yang bersatu (kesurupan) jin itu, apakah dia disebut jin.

B : Tidak.

A : Yesus yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu apakah ia disebut Tuhan ?

B : Mestinya tidak juga.

A : Seharusnya begitu, jadi jelas bahwa Yesus yang menerima Roh Ketuhanan tentunya bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan itu bukanTuhan melainkan adalah utusannya (pesuruh) Tuhan. Sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri sebagaimana tersebut dalam “Yahya” pasal 17 ayat 3 yang berbunyi : “Supaya mereka itu mengenal Engkau. Allah Yang Maha Esa dan Benar dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu “.

B : Saya lantas tidak mengerti tentang Ketuhanan Yesus itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Jadwal sholat